Ahzaa.Net: Tradisi Mesabat Sabatan Biu
Mengenal Tradisi Mesabat Sabatan Biu, Tradisi Perang Pisang dari Karangasem Bali

Mengenal Tradisi Mesabat Sabatan Biu, Tradisi Perang Pisang dari Karangasem Bali

Teman- teman, pernahkah kalian mendengar tentang tradisi Mesabat-sabatan Biu? yaitu salah satu tradisi yang berasal dari Karangasem, Bali. 

Dalam Bahasa Indonesia, Mesabat-sabatan Biu disebut dengan Perang Pisang. Unik ya? Penasaran detailnya bagaimana? Yuk simak tulisan ini sampai selesai.

Mesabat-sabatan biu merupakan adat istiadat yang sudah dilakukan secara turun temurun pada masyarakat Desa Tenganan Dauh Tukad, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. 

Mesabat-sabatan biu berasal dari kata mesabatan yang berati saling lempar dan biu yang berarti pisang, sehingga jika digabungkan kedua kata tersebut, berarti Saling lempar Pisang atau Perang Pisang. Sejak kapan tradisi ini dimulai, masih belum ditemukan bukti tertulisnya, akan tetapi berdasarkan beberapa fakta sejarah, tradisi ini merupakan pengaruh dari kerajaan Majapahit.

Mesabat-sabatan biu termasuk dalam rangkaian Usaba Katiga yaitu upacara yang dilaksanakan pada bulan ketiga perhitungan kalender Tenganan Dauh Tukad. Tradisi ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan diantaranya :
  1. Ngantung, memberi jajanan yang berbentuk binatang di Bale Agung.
  2. Penampahan, yaitu proses memotong Babi sampai pada pengolahannya untuk keperluan sesajen.
  3. Ngelawang, yaitu keliling desa yang dilakukan oleh para pemuda dengan membawa sok bodag sebagai tempat untuk menaruh sumbangan warga.
  4. Ngalang, yaitu memetik buah khususnya pisang dan kelapa. Kedua buah ini yang nantinya digunakan untuk tradisi

Pelaksanaan Mesabat -sabatan Biu
Ada dua kelompok pemuda, dimana kelompok pertama terdiri dari pemuda yang berjumlah 16 orang atau lebih. Mereka bertindak sebagai pelempar pisang. Sementara itu kelompok kedua terdiri atas dua orang pemuda desa yang berperan sebagai saye dan penampih saye dimana kedua pemuda ini harus bisa melewati kumpulan pemuda lainnya yang akan melempari mereka dengan buah pisang sampai tiba di batas Pura Bale Agung. 

sumber foto : Disbudpar Karangasem Bali


Selain melempar pisang, pemuda desa kelompok pertama juga akan memikul kelapa dalam jumlah yang banyak. Kelompok pemuda pelempar harus berlari sambil melempar pisang ke kelompok kedua namun barang bawaan yang dipikul tidak boleh jatuh. Jika barang bawaan jatuh, maka mereka akan terkena sangsi. 

Demikian juga dengan kelompok kedua yang berperan sebagai saye dan penampih saye yang juga harus berlari dengan memikul dan menjaga sok bodag hasil dari ngelawang agar juga tidak jatuh. 

Jika saye dan penampih saye telah mencapai pintu gerbang Pura Bale Agung, maka pelaksanaan Mesabat -sabatan biu dianggap selesai. 

Sumber foto : Disbudpar Karangasem Bali


Makna Tradisi
Ada hal yang menarik dari pelaksanaan tradisi Mesabat Sabatan Biu ini yaitu bahwa tradisi tersebut memiliki makna yang mendalam. Selain sebagai fungsi agama, tradisi ini juga memiliki fungsi sosial dimana kelompok pemuda dapat menjaga persaudaraan, kebersamaan, keakraban dan saling tolong menolong. Selain itu juga melatih agar tidak mudah memiliki rasa dendam atau emosi setelah pelaksanaan tradisi.

Itulah Tradisi Mesabat Sabatan Biu, Tradisi Perang Pisang dari Karangasem Bali. Tunggu lagi yaa tulisan- tulisan AhzaaNet tentang budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Semoga nambah pengetahuannya. 

Formulir Kontak