Ahzaa.Net: Tes Koran
Mengenal Tes Pauli, Aspek- Aspek yang Diukur, dan Ketentuan  dalam Psikotes

Mengenal Tes Pauli, Aspek- Aspek yang Diukur, dan Ketentuan dalam Psikotes

Hai sahabat Ahzaa, kembali lagi di AhzaaNet. Masih dalam topik psikotes, kita lanjutkan lagi untuk membahas tentang salah satu tes dalam psikotes yaitu tes Pauli. Tes Pauli ini merupakan salah satu tes dalam Psikotes. Tentang apa itu tes pauli dan bentuk tesnya, akan kita bahas melalui penjelasan berikut ini.
Photo by David Iskander on Unsplash

Tes Pauli bisa dikatakan hampir mirip dengan tes Kraepelin yang pernah saya ulas pada postingan sebelumnya. Tes ini merupakan penyempurnaan dari tes Kraepelin. Tes Pauli dikembangkan oleh Prof. Dr. Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Vanmetthod pada tahun 1983. Tes Pauli dikembangkan untuk mendapatkan data tentang kepribadian seseorang melalui tes tersebut. Pauli juga menghubungkan metode eksperimental dengan karakterologi modern agar tes ini dapat dibandingkan dengan tes kepribadian.


Tes Pauli ditujukan untuk mendapatkan data, seperti stabilitas emosi, ketahanan dan keuletan para peserta tes dalam menghadapi pekerjaan nantinya. 

Persamaan dan Perbedaan Tes Kraepelin dan Pauli
Tes Kraepelin dan Tes Pauli memiliki kesamaan yaitu menggunakan lembar soal sebesar koran yang berisikan angka- angka. Selain itu sistem pengerjaan tes juga memiliki kesamaan, sama- sama dikerjakan dalam waktu yang terbatas.

www.ahzaa.net
Ilustrasi Tes Kraepelin

Perbedaan tes Pauli dengan Tes Kraepelin adalah cara menjumlahkan angka- angka yang terdapat dalam lembar. Selain itu ada beberapa perbedaan khusus yang membedakan tes Kraepelin dan tes Pauli. Pada tes Pauli,
1. Penjumlahan dilakukan dari bagian atas ke bawah
2. Hasil penjumlahan dituliskan di sebelah kanan diantara kedua angka yang dijumlahkan
3. Apabila hasil penjumlahan lebih dari 9, maka yang ditulis adalah hanya angka satuan
4. Peserta diharuskan membubuhkan tanda garis di bawah angka hasil perhitungan terakhir dan segera melanjutkan perhitungan ke angka selanjutnya setiap tiga menit

Ilustrasi Tes Pauli

Aspek- aspek Tes Pauli
Tes Pauli mengukur beberapa aspek, antara lain pengendalian perasaan, tanggung jawab dan ketelitian, kehati- hatian, motivasi untuk berprestasi, dan perencanaan. 

Ketentuan Tes Pauli
Pada tes Pauli, hasil penjumlahan yang angkanya lebih dari 9, maka aturannya adalah cukup ditulis angka satuannya saja. Pada tes ini biasanya terdiri atas 45 kolom dan 60 baris, dimana setiap tiga menit teman- teman akan mendapatkan instruksi (instruksi garis) untuk memberikan tanda garis di akhir angka yang dijumlahkannya kemudian melanjutkan ke perhitungan angka selanjutnya.

Penilaian Tes Pauli
Penggambaran hasil dalam tes Pauli dapat diinterpretasikan melalui indikator berikut ini,

1. Grafik yang tinggi tanpa kjesalahan atau perubahan mengindikasikan kesiapan yang matang peserta tes
2. Jumlah keseluruhan atau grafik secara keseluruhan menggambarkan penyesuaian diri seseorang
3. Apabila terdapat penyimpangan di luar aturan tes Pauli yang telah ditetapkan menggambarkan bahwa seseorang tersebut memiliki emosi yang kurang baik
4. Keseluruhan grafik menggambarkan daya tahan peserta tes
5. Jumlah secara keseluruhan hasil tes menggambarkan energi kerja peserta
6. Apabila terdapat kesalahan dan pembetulan, maka dapat menggambarkan ketelitian peserta
7. Hasil perhitungan yang memiliki banyak kesalahan menggambarkan kuat lemahnya konsentrasi peserta tes
8. Tinggi rendahnya grafik yang dikerjakan oleh peserta tes mengindikasikan kemauan dan motivasi peserta tes
9. Posisi titik akhir semestinya lebih tinggi dari titik awal karena hal ini akan menggambarkan kekuatan energi dalam pekerjaan

Tips n Trik Tes Pauli
Dari aspek penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa saat mengerjakan tes Paulin, maka teman- teman harus tetap fokus dalam melakukan perhitungan dan memperhatikan instruksi petugas khususnya pada instruksi garis. Ketenangan dalam mengerjakan juga diperlukan dalam tes agar perhitungan pengerjaan bisa berjalan dengan baik. Selain itu faktor teknis juga dipersiapkan seperti alat tulis yang benar- benar siap digunakan.

Demikian tentang Tes Pauli, Aspek- Aspek yang Diukur, dan Ketentuan  dalam Psikotes. Semoga informasi ini bermanfaat buat teman- teman yang akan menghadapi psikotes.

Good Luck ....
Mengenal Tes Kraepelin Sebagai Salah Satu Uji dalam Psikotes

Mengenal Tes Kraepelin Sebagai Salah Satu Uji dalam Psikotes

Hai sahabat Ahzaa, kembali lagi di AhzaaNet. Pembahasan kali ini adalah tentang salah satu uji tes dalam psikotes yaitu tes Kraepelin. Tentang apakah itu tes kraepelin, faktor- faktor dalam mengerjakan tes Kraepelin, dan aspek- aspek apa saja dalam tes Kraepelin, yuk simak pembahasannya berikut ini.

Tes Kraepelin
Tes Kraepelin merupakan alat tes yang ditemukan oleh seorang psikiater berkebangsaan Jerman bernama Emil Kraepelin. Pada mulanya alat tes ini digunakan untuk mendiagnosa gangguan otak alzheimer serta membedakan antara orang normal dan tidak normal. Akan tetapi dalam perkembangannya, tes Kraepelin ini malahan dimanfaatkan sebagai standardisasi dalam mendapatkan data kepribadian. 

Image by eko pramono from Pixabay

Ada yang menyebut tes Kraepelin ini sebagai tes koran, atau tes Pauli, karena disusun pada kertas berukuran sebesar ukuran kertas koran. Tes Kraepelin ini biasanya terdiri dari lajur angka antara satu sampai dengan sembilan yang tersusun secara acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap lajurnya. 


Dalam hal ini teman- teman diharuskan menjumlahkan tiap angka dengan satu angka diatasnya dan mulai mengerjakan dari lajur paling kiri dan baris paling bawah ke atas. Uji tes Kraepelin ini dibatasi oleh waktu dengan durasi tertentu dan semakin lama akan semakin cepat kemudian pengawas akan mengatakan untuk pindah ke lajur berikutnya. Ketepatan, kecepatan dan ketelitian merupakan kunci dari jenis tes ini.

Tes Kraepelin ini sebenarnya hanya mengujikan penjumlahan secara sederhana dan tidak diharuskan menyelesaikan penjumlahan seluruh lajurnya, namun banyak peserta tes yang berusaha menyelesaikan pejumlahan sebanyak- banyaknya. Tidak kurang dari sebagian besar peserta ujian, setelah menyelesaikan tes ini akan merasa pusing, karena tes ini menuntut konsentrasi, kefokusan, dan kemampuan berfikir dengan dibatasi waktu. 

Berikut contoh uji tes Kraepelin.


www.ahzaa.net
Ilustrasi Tes Kraepelin

Jumlahkan angka dari bawah dari lajur sebelah paling kiri misalnya 4 + 8 = 12, bila hasil angka yang anda jumlahkan melebihi 10 misalnya 12, maka tuliskan angka belakangnya saja yaitu 2.

Dalam tes Kraepelin, bukanlah hasil dari penjumlahan angka yang bisa teman- teman kerjakan, Namun, bila kalian mengerjakannya dengan sungguh- sungguh, hasil pekerjaan tersebut akan membentuk sebuah grafik. Grafik yang stabil, ataupun grafik yang turun drastis akan menunjukkan tipe dari pelamar.

Hasil Tes Kraepelin
Hasil tes Kraepelin dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kecepatan, ketelitian, kestabilan dan ketahanan. Dalam hal kecepatan misalnya, pengerjaan soal yang cepat, biasanya mengindikasikan kecepatan peserta dalam bekerja artinya,  semakin cepat dalam mengerjakan maka semakin baik karena merepresentasikan kecepatan peserta tersebut dalam bekerja. 

Demikian juga halnya dalam ketelitian. Ketelitian seseorang dapat diukur apabila peserta yang mengerjakan memiliki ketepatan dan ketelitian selain halnya kecepatan dalam pengerjaan tes Kraepelin. Semakin cepat teliti seseorang dalam tes, maka diindikasikan orang tersebut juga termasuk orang yang cermat dan teliti.   

Hasil jawaban peserta dalam tes Kraepelin akan dilihat sebagai sebuah grafik. Dalam mengerjakan tes Kraepelin sebaiknya hasil penghitungan angka yang menandakan puncak terendah dan tertinggi tidak terlalu terpaut jauh. Hal ini menandakan kestabilan emosi peserta yang berubah- ubah. 

Selain itu, aspek ketahanan dalam mengerjakan menjadi sebuah penilaian tersendiri dalam tes Kraepelin. Hal ini menyimbolkan ketahanan peserta dalam menerima tugas pekerjaan ataupun ketahanan saat bekerja di bawah tekanan. 

Penilaian Tes Kraepelin
Seperti kita ketahui bahwa tes Kraeplein diujikan untuk menilai daya tahan, ketekunan, ketelitian, dan konsentrasi peserta. Hal inilah yang menjadi tolak ukur dalam simpulan karakter atau kepribadian peserta. 

Nah, terdapat beberapa aspek penilaian melalui tes Kraepelin, antara lain,
Aspek keuletan
Tes Kraepelin dapat menilai konsistensi dan keuletan dari peserta dalam hal penyelesaian pekerjaan atau suatu permasalahan dalam waktu yang terbatas.

Aspek emosi
Dalam menghadapi suatu permasalahan, atau tekanan suatu pekerjaan, seseorang harus mampu mengendalikan dan meredam emosi. Kestabilan emosi menentukan keberhasilan dari penyelesaian pekerjaan yang baik. Melalui tes Kraepelin, aspek ini dapat diukur melalui tingkat kestabilan peserta tes dalam menyelesaikan tes.

Aspek stabilitas diri
Tes Kraepelin dapat menjadi tolak ukur dalam mengukur stabilitas diri seseorang. Artinya, apakah orang tersebut mampu menghadapi suatu permaslaahan yang ada dalam lingkungannya ataupun pekerjaan, dan tetap konsisten meskipun terdapat berbagai tantangan dan situasi yang ada. 

Aspek penyesuaian diri
Tes Kraepelin dapat membantu dalam mengukur tingkat adaptasi seseorang dalam hal- hal yang baru di lingkungannya khususnya lingkungan kerja. Aspek ini dapat dilihat melalui kecepatan peserta tes dalam mengerjakan tes.

Aspek  motivasi individu
Tes Kraepelin digunakan untuk mengukur motivasi seseorang dalam mengerjakan pelbagai pekerjaan yang membutuhkan ketelitian, kerumitan, dan kesulitan tertentu. Hal ini juga menjadi ukuran dalam menentukan loyalitas, kemauan, dan semangat dalam bekerja.

Indikator dan Interpretasi Hasil Tes
Nah, sebagai salah satu tes yang mengukur kepribadian seseorang, tes Kraepelin dapat menilai seseorang berdasarkan indikator sebagai berikut,

Grafik
Grafik dengan penurunan yang tajam mengindikasikan gangguan pada hal tertentu seperti susunan saraf, epilepsi atau gangguan lainnya.

Kesalahan hitung
Kesalahan hitung yang terlalu banyak mengindikasikan adanya gangguan mental seperti kecemasan dan ketidaknyamanan

Hasil penjumlahan
Hasil penjumlahan yang sangat rendah bisa mengindikasikan adanya gejala depresi mental atau gangguan mental yang disebabkan trauma atau tekanan yang sangat berat

Rentang grafik
Rentang grafik yang terlalu besar antara puncak tertinggi dan puncak terendah bisa mengindikasikan adanya gangguan emosional seperti kemarahan atau kecemasan yang terlalu kuat, kesulitan dalam bergaul atau adanya konflik yang berat

Tips mengerjakan Tes Kraepelin
Keberhasilan dalam mengerjakan tes Kraepelin dapat diperoleh dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini,

Persiapan alat tulis
Dikarenakan tes Kraepelin membutuhkan waktu yang terbatas, maka usahakan menggunakan alat tulis yang mendukung pengerjaan tes misalnya gunakan pen atau pensil berkualitas tinggi, tidak mudah patah atau rusak. Sediakan cadangan juga untuk mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan dalam faktor teknis.

Efektifkan waktu
Saat menulis hasil penjumlahan pada suatu kolom angka, langsung lihat pada soal berikut atau yang berdekatan dan langsung pikirkan hasilnya

Stabilitas angka
Usahakan bahwa angka yang dijumlahkan  pada setiap kolom stabil atau memiliki grafik yang cenderung stabil. Perlu diingat bahwa terbatasnya waktu akan membuat fokus pengerjaan akan baik di awal akan tetapi menjadi buruk di soal- soal berikutnya, sehingga hasilnya akan membentuk grafik yang menurun dan hal itu akan tidak baik bagi penilaian peserta tes.  

Kondisi fisik
Tes Kraepelin membutuhkan konsentrasi yang baik, sehingga persiapkan kondisi fisik saat mengerjakan tes

Faktor kegagalan tes Kraepelin
Selain beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam mengerjakan tes Kreapelin, ada beberapa faktor kegagalan dalam mengikuti tes Kraepelin, antara lain,

Kondisi fisik dan psikis
Kekhawatiran, rasa tertekan, dan  ketidaktenangan dalam mengerjakan tes akan mempengaruhi hasil tes yang berujung pada kegagalan. Selain itu kondisi fisik juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan tes. Oleh karenanya, jaga pikiran tetap tenang, tetap optimis dan emosi yang stabil saat mengerjakan tes

Ketidaknyamanan
Salah satu faktor kegagalan adalah rasa tidak nyaman peserta saat mengikuti tes. hal tersebut bisa berasal dari faktor peserta sendiri atupun dari luar yaitu tempat maupun lingkungan tes. 

Ketergesaan
Tetap tenang dan tidak tergesa- gesa merupakan kunci dalam keberhasilan tes Kraepelin. Ketergesaan maupun sikap terburu- buru akan membuat kegagalan dalam mengerjakan tes Kraepelin karena hasil yang diperoleh tidak baik.

Rasa ketidakpercayaan diri
Rasa percaya diri merupakan unsur penting dalam melakukan hal apapun termasuk mengerjakan tes Kraepelin ini. Fokuskan tujuan dan percaya dengan diri sendiri atas apa yang akan dikerjakan apapun hasil yang diperoleh nantinya.

Penutup
Baik, demikian sekilas mengenai tes Kraepelin sebagai salah satu uji psikotes. Semoga informasi ini dapat membantu teman- teman dalam menghadapi psikotes yang akan dihadapi baik psikotes dunia kerja, psikotes pendaftaran polri maupun seleksi sekolah seperti pada psikotes sekolah kedinasan

Semoga Sukses.

Formulir Kontak