Ahzaa.Net: Teks anekdot
Menganalisis Teks Anekdot : Pengertian, Tujuan, Struktur Teks, Unsur Kebahasaan, dan Contoh

Menganalisis Teks Anekdot : Pengertian, Tujuan, Struktur Teks, Unsur Kebahasaan, dan Contoh

Dalam keseharian kita, kita seringkali menyukai dengan hal- hal yang mengandung kelucuan baik berbentuk tulisan cerita, gambar, video,  film, pertunjukan  maupun podcast. Dalam dunia sastra, kita mengenal suatu tulisan yang mengandung kelucuan yaitu salah satunya pada sebuah teks yang dinamakan teks anekdot. Teks anekdot diartikan sebagai cerita singkat menarik yang berisi unsur kelucuan dan mengesankan yang biasanya membahas tentang orang- orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Dalam isinya yang lucu, ternyata teks anekdot mengandung makna tersirat. Seringkali teks ini digunakan untuk mengkritik atau menyindir dalam sebuah realita sosial yang terjadi pada kehidupan sehari- hari. 

Penyampaian teks anekdot sendiri dikemas dalam unsur yang lucu sehingga sindiran ataupun kritikan yang dilontarkan pun tidak terlalu mencolok. Teks anekdot juga mengandung unsur tokoh, alur dan latar sebagaimana teks- teks lainnya. Selain melalui bentuk teks, anekdot juga diekspresikan melalui bentuk ilustrasi maupun gambar. Anekdot gambar atau ilustrasi tersebut dapat dijumpai pada media cetak berupa  komik atau meme.

Photo by David Iskander on Unsplash

Berikut contoh teks anekdot yang bersumber dari NU Online tentang cerita bule yang tersesat di Jakarta. 

Ada seorang bule yang sedang berjalan-jalan di Jakarta. Karena merasa tersesat, bule tersebut kemudian bertanya kepada seorang penjual gorengan yang ada di sana.
"Mohon izin, pak, apakah benar ini Jalan Sudirman?".

"Ho oh," jawab penjual gorengan tersebut.

Mengingat si bule itu merasa bingung dengan jawaban tersebut, dia lalu bertanya lagi kepada seorang Polisi yang kebetulan sedang mengatur lalu lintas. 

"Maaf Pak, apakah ini Jalan Sudirman?" 

"Betul," jawab polisi itu singkat.

Setelah mendapat jawaban dari Pak Polisi itu, si bule malah bertambah bingung karena mendapat jawaban yang berbeda. Akhirnya si bule itu bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas. 

"Apa ini Jalan Sudirman, Pak?".

"Benar," jawab Gus Dur.

Namun yang terjadi, bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Bule itu memutuskan untuk akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa saat ia bertanya kepada tukang gorengan dijawab "Ho oh," kemudian bertanya kepada polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."

Setelah itu, Gus Dur diam sejenak, lalu menjawab pertanyaan bule tersebut.

"Ohh jadi begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau bertanya kepada tamatan perguruan tinggi maka jawabannya benar."

Setelah mendengar jawaban tersebut, bule itu merasa puas dan mengangguk. Akan tetapi, ia bertanya kembali.

"Jadi Anda ini seorang sarjana?" tanya si bule itu penasaran.

"Ho..oh!" seloroh Gus Dur.
Sumber : NU Online


Dalam teks tersebut terdapat suatu sindiran secara halus bahwa pendidikan seseorang itu akan memengaruhi terhadap kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar. Teks tersebut memiliki karakteristik teks anekdot  yang melibatkan tokoh tertentu seperti polisi, sifatnya yang faktual, bahkan melibatkan orang terkenal yaitu Gus Dur sendiri sebagai mantan Presiden Indonesia.

Struktur Teks Anekdot
Baik, dalam teks anekdot yang disajikan di atas, terdapat bagian- bagian struktur dalam teks anekdot tersebut yang dapat disimpulkan diantaranya adalah abstrak, orintasi, krisis atau komplikasi, reaksi dan koda.

Abstrak
Abstrak merupakan bagian awal dari teks anekdot yang berguna untuk memberikan gambaran tentang isi dari suatu teks. Bagian abstrak inilah yang menunjukkan hal unik dalam teks tersebut. Abstrak seringkali disebut sebagai bagian pembukaan namun tidak harus selalu ada karena sifatnya yang opsional.  

Contoh Abstrak :
Gus Dur karena begitu bosannya keliling dunia mengundang Presiden Amerika dan Presiden Perancis untuk terbang bersama Gus Dur berkeliling dunia.

Orientasi
Orientasi merupakan bagian teks yang mengungkapkan awal mula kejadian atau latar belakang peristiwa itu terjadi yang berfungsi untuk membangun teks. Pada bagian inilah penulis akan menceritakan secara detail karena mengarah pada suatu krisis, konflik, maupun peristiwa utama. 

Contoh orientasi
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.  Tidak lama presiden Amerika, Cliton, mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, “Wah kita sedang berada di atas New York!”

Presiden Indonesia (Gus Dur), “Lho, kok, bisa tau, sih?”

“Itu… Patung Liberty kepegang!” jawab Clinton dengan bangganya.

Tidak mau kalah, Presiden Prancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat. Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" Katanya dengan sombongnya.

Gus Dur," Wah... kok bisa tahu juga?"

"Ini Menara Eiffel kupegang!" Sahut Presiden Perancis tersebut.

Krisis
Krisis disebut juga dengan komplikasi yaitu bagian yang menunjukkan masalah atau perihal yang tidak bersifat biasa atau unik. Bagian ini terjadi pada penulis atau orang yang diceritakan apabila terjadi suatu kejanggalan atau ketidakpuasan. Bagian inilah yang memuat unsur menggelitik dan mengundang tawa dan termasuk baggian yang penting dalam anekdot.

Contoh Krisis
Karena merasa disombongi oleh kedua presiden tersebut, giliran Gus Dur untuk menjulurkan tangannya keluar pesawat.
Wah, kita sekarang sedang di atas tanah abang!!, Teriak Gus Dur
" Lho kok bisa tahu sih?" tanya Presiden Amerika dan Presiden Perancis terheran- heran. Mereka tahun bahwasanya Gus Dur tidak bisa melihat

Reaksi
Bagian reaksi merupakan bagian yang menjelaskan cara penulis atau orang yang diceritakan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi yang diungkapkan pada bagian krisis sebelumnya. Bagian krisis berupa respon atau jawaban yang dapat berupa sikap mentertyawakan, mencela atau meledek. Bagian krisis seringkali menjadi bagian yang mencengangkan dengan jawaban yang tidak dapat diduga sebelumnya. 

Contoh Reaksi :
"Ini jam tangan saya hilang ....," Jawab Gus Dur kalem.

Koda 
Koda merupakan bagian akhir yang menjelaskan simpulan tentang kejadian yang diceritakan oleh penulis. Koda sama dengan penutup sebagai penanda bahwa cerita sudah berakhir. Dalam koda terdapat persetujuan, komentar, maupun penjelasan atas maksud cerita yang dijelaskan sebelumnya. Kata- kata yang sering menjadi penanda dalam bagian koda ini adalah " seperti itulah, pada akhirnya, demikianlah, dan sebagainya. Dalam teks anekdot, koda sifatnya opsional, artinya dapat dicantumkan atau boleh tidak ada. 

Unsur Kebahasaan Teks Anekdot
Dalam teks anekdot terdapat beberapa unsur kebahasaan diantaranya terdapat kalimat langsung, nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal, keterangan waktu, kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material, kata kerja mental,  konjungi sebab akibat dan sebagainya. Untuk mempelajari tentang unsur kebahasaan dalam teks anekdot, berikut contoh sebuah teks yang memuat unsur kebahasaan teks.

Tidak Terlalu Dalam 
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri. 

Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin. 

Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?” Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!” “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.

Kalimat Langsung
Teks anekdot banyak menggunakan kalimat langsung yang berupa petikan dialog dari para tokohnya. Selain itu juga banyak menampilkan kalimat- kalimat tidak langsung sebagai bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh. 

Dalam teks di atas, yang merupakan kalimat langsung adalah 
(1) Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
(2) Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.”
(3) Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”

Penggunaan nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal
Penggunaan nama tokoh utama atau orang ketiga tungal dalam teks anekdot menyebutkan nama tokoh faktual secara langsung seperti Gus Dur, Presiden Amerika, Presiden Perancis, Nasrudin maupun tokoh- tokoh lain seperti jaksa, hakim, polisi atau tokoh masyarakat lain. Contoh nama utama dalam teks adalah Nasrudin dan Hakim

Keterangan waktu
Dikarenakan sifatnya yang menceritakan, pastinya teks anekdot banyak menggunakan keterangan waktu seperti kemarin, sore ini, suatu hari, ketika itu. 
Dalam teks di atas, keterangan waktu yang digunakan adalah Telah berulang kali , Saat itu juga.
(1) Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
(2) Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin. 

Kata Kiasan
Teks anekdot banyak menggunakan kata kiasan yang menyimbolkan kata lain. Kata - kata kiasan dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
Kata kiasan yang digunakan pada teks eksposisi di atas adalah kata menyogok atau disogok pada kalimat Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok

Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dnegan pengandaian, perbandingan dan lawan kata atau antonim. Kalimat sindiran terdapat pada kalimat :
(1) Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?
(2) “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.

Konjungsi Penjelas
Dalam teks anekdot, konjungsi penjelas digunakan sebagai penerang yang ebrkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung. Konjungsi penjelas yangs ering digunakan dalam anekdot adalah kata "bahwa". Pada teks anekdot Nasrudin, konjungsi penjelas terdapat pada kalimat : 
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok

Kata Kerja Material
Kata kerja material menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera yang terkait dengan tindakan tokoh dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa atau kegiatan. Pada teks anekdot Nasrudin, kata kerja material terdapat pada kalimat : 
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. 

Kata kerja Mental
Dalam teks anekdot, kata kerja mental menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh seorang tokoh.
Pada teks anekdot Nasrudin, kata kerja mental terdapat pada kalimat : 
(1) Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. 
(2) Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri. 

Konjungsi sebab akibat
Konjungsi sebab dan akibat merupakan kata penghubung yang menyatakan sebab dan akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka dan sehingga. Konjungsi sebab akibat terdapat pada kalimat : 
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.

Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif bersifat perintah atau memberi perintah bahkan dapat berupa peringatan maupun larangan. Kalimat imperatif terdapat pada kalimat : 
“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.

Kalimat seru
Kalimat seru bersifat menegaskan atau ungkapan asa seseorang yang biasanya ditandai dengan tanda seru.
Contoh kalimat seru pada teks anekdot di atas adalah  “Wah, enak benar mentega ini!”

Konjungsi temporal
Konjungsi temporal lebih bermakna kronologis  dalam urutan waktu. Conoth konjungsi temporal yang banyak digunakan dalam teks anekdot adalah akhirnya, selanjutnya, kemudian, dan sebagainya.
Konjungsi temporal tampak pada kalimat : Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya.

Kalimat Retoris
Kalimat retoris lebih ke kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Kalimat retoris juga dapat mengandung kalimat sindiran. Kalimat retoris terdapat pada kalimat : “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”

Itulah tentang Teks Anekdot : Pengertian, Tujuan, Struktur Teks, Unsur Kebahasaan, dan Contohnya. bagaimana dengan contoh teks anekdot lainnya? Yuk analisa bersama dan tuliskan pengalamannya melalui kolom komentar...
Sampai Jumpa.

Formulir Kontak