Ahzaa.Net: Sejarah
Kerajaan Tarumanegara: Sumber Sejarah, Peninggalan Prasasti, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan

Kerajaan Tarumanegara: Sumber Sejarah, Peninggalan Prasasti, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan

Salah satu sumber yang menunjukkan keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah berita China yang disebutkan To-lo-mo dalam utusannya ke Cina antara tahun 528, 538, dan 666. Selain itu, terdapat beberapa prasasti yang terkait dengan kerajaan Tarumanegara. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash


Kerajaan Tarumanegara dapat dianggap hadir bersamaan dengan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur yaitu sekitar abad ke-5 M. Adapun raja yang terkenal dari kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman. 

Ada tujuh buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta yang berhubungan dengan kerajaan Tarumanegara antara lain sebagai berikut : 

Prasasti Ciaruteun 
Prasasti Ciaruteun dipahat pada sebuah batu yang besar. Isi dari prasasti ini adalah empat baris kalimat, lukisan laba- laba, dan sepasang tapak kaki manusia. 

Empat baris kalimat itu jika diterjemahkan berbunyi, "Ini berkas dari dua tapak kaki dewa Whisnu, ialah kaki yang mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia. "

Prasasti Kebon Kopi 
Pada prasasti Kebon Kopi ini terdapat dua tapak gajah  yang disebut sebagai tapak kaki Gajah Airwata, yaitu gajah tunggangan dewa Whisnu. Sebagian besar prasasti ini tidak dapat terbaca karena beberapa bagian telah usang.

Prasasti Jambu 
Prasasti Jambu berisi tulisan yang apabila diterjemahkan ," gagah dan mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashur dari Sri Purnawarman yang memerintah di taruma dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota- kota musuh, dihormati para pangeran, tetapi merupakan duri bagi yang menentangnya."

Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianteun 
Kedua prasasti tersebut masih belum berhasil dibaca namun dalam prasasti terdapat gambar sepasang telapak kaki manusia. 

Prasasti Tugu 
Prasasti tugu merupakan prasasti yang terpanjang dan terpenting dari raja Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang yang melingkar. Isi prasasti Tugu adalah sebagai berikut, 
"Raja Purnawarman pada masa pemerintahannya yang ke-22 telah menggali sebuah sungai yang bernama sungai Gomati yang panjangnya 6.122 busur atau 12 km dalam waktu 21 hari di samping sungai yang sudah ada, yaitu sungai Candrabhaga (sungai Bekasi). Penggalian ini dimaksudkan untuk mengatasi bahaya banjir yang selalu melanda daerah sekitarnya. Raja memberikan hadiah berupa 1000 ekor sapi sebagai tanda terima kasihnya kepada para dewa. "

Prasasti Cidanghiang 
Prasasti Cidanghiang berisi dua baris kalimat yang berbunyi, "Ini tanda keperwiraan , keagungan, dan keberanian yang sungguh- sungguh dati raja dunia yang mulia Raja Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja. "

Selain peninggalan berupa prasasti, juga ditemukan arca Rajasri yang merupakan arca tertua, dua buah arca Wishnu yang memperlihatkan persamaan dengan arca- arca yang ditemukan di semenanjung Malaya, Siam, Kamboja. 

Dari prasasti dan peninggalan yang ditemukan, dapat dikatakan bahwa kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua kedua setelah kerajaan Kutai. 

Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan 
Berdasarkan berita dari China, bahwa kerajaan To-Lo-Mo pada tahun 528, 535, 665 dan 666 yang mengirim utusannya ke China. Dalam berita ini membuktikan bahwa ada hubungan persahabatan antarkedua negara. 

Secara politis pengiriman utusan ke China dimaksudkan pula untuk menghindari gangguan atau ancaman dari negeri China. Kerajaan China dahulu beranggapan bahwa negerinya merupakan negeri pusat dimana seluruh kerajaan lain harus tunduk kepada mereka. 

Dalam bidang sosial, perhatian raja terhadap kesejahteraan rakyat sangat besar. Hal ini terlihat dari isi prasasti Tugu yang isinya mengenai penggalian Sungai Gomati. 

Penggalian itu diamksudkan untuk mengatasi bahaya banjir dan mengairi sawah- sawah rakyatnya, agar hasil produksi padi dan hasil pertanian lainnya dapat meningkat.

Dengan usaha raja tersebut, secara politis dapat mengangkat wibawa raja di mata rakyatnya dan dari segi ekonomi, penggalian sungai Gomati akan meningkatkan hasil pertanian rakyat sehingga rakyat semakin makmur karena ekonomi mereka semakin baik. Adapun perekonomian rakyat Tarumanegara berasal dari sektor pertanian, peternakan, dan perdagangan. 

Kerajaan Tarumanegara juga berhasil dalam bidang perdagangan dan pelayaran. Hal ini karena kerajaan dikelilingi oleh sungai- sungai besar maupun laut. Dengan demikian, dapat dipastikan pula bahwa selain perekonomian rakyatnya yang baik, kebudayaan mereka juga maju. Keahlian mereka dalam membuat rakit maupun perahu tidak diragukan lagi. 

Barang- barang yang diperdagangkan pada masa itu adalah gading gajah, cula badak, emas, perak, dan hasil- hasil pertanian. Adapun sarana angkutan di darat, mereka membuat gerobak- gerobak yang ditarik dengan kuda atau sapi dan kerbau. 

Hal tersebut membuktikan bahwa pemerintahan raja cukup baik dan masalah sosial kemasyarakatan cukup terbina dengan baik pula. Perekonomian dan pendapatan rakyat cukup tinggi, serta kebudayaan masyarakat pun sudah sangat tinggi untuk ukuran pada masa itu. 


Materi Sejarah : Akulturasi Budaya Indonesia dengan Budaya Islam, Apa Saja Perwujudannya?

Materi Sejarah : Akulturasi Budaya Indonesia dengan Budaya Islam, Apa Saja Perwujudannya?

Masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam telah membawa banyak perubahan terhadap corak kehidupan dan budaya masyarakat Indonesia. Kebudayaan sebelumnya (pra-Islam) yang sudah ada di Indonesia sebelum Islam masuk dan berkembang tidak hilang, namun malahan diperkaya oleh kebudayaan Islam yang membuat budaya semakin beraneka ragam. 

Unsur- unsur budaya nusantara, pengaruh budaya Hindu-Buddha, dan kebudayaan Islam hingga saat ini masih ada dan menjadi satu, yaitu budaya masyarakat Indonesia dan masih tetap akan dipertahankan. 

Sampai saat ini, perwujudan akulturasi kebudayaan antara budaya asli Nusantaara, Hindu - Buddha, dan kebudayaan Islam dapat dilihat di berbagai aspek kehidupan seperti seni bangunan, seni rupa, seni sastra, aksara dan lain- lain. 

Seni Bangunan 
Akulturasi dalam seni bangunan terlihat jelas dari bentuk bangunan masjid, kraton dan makam. Masjid- masjid kuno di Indonesia apabila ditinjau dari arsitekturnya memiliki ciri khas yang berbeda dari masjid- masjid di negara lain. 

Sumber : Dinas Pariwisata Demak


Beberapa ciri dari masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Memiliki atap yang berundak (tumpang) yang merupakan prototipe seni bangunan pada zaman sebelum pengaruh Hindu- Buddha yaitu punden berundak 
  2. Tumpang memiliki jumlah yang ganjil seeprti tiga dan lima tumpang 
  3. Masjid memiliki menara yaitu tempat muazin menyerukan azan sebagai tanda waktu shalat
  4. Letak masjid yang dekat dengan istana raja atau sultan. Selain istana raja, masjid juga dibangun di dekat keramaian masyarakat seperti alun- alun. Hal ini memberikan pemahaman bahwa masjid adalah tempat bertemunya raja dengan rakyatnya untuk bersama- sama menunaikan kewajiban agama di bawah kepemimpinan seorang imam. 
  5. Beberapa masjid khususnya di halamannya digunakan sebagai tempat pemakaman orang- orang tertentu yang dianggap kramat dengan dibuatkan rumah tersendiri yang disebut cungkup. Diantara masjid dan makam tersebut dihubungkan dengan gapura. Gapura yang dibangun ada yang berbentuk kori agung yaitu beratap dan berpintu namun ada juga yang berbentuk candi bentar yang tanpa atap dan pintu. 

Unsur- unsur zaman madya, unsur asing dan unsur daerah juga memberikan corak pada bagian- bagian masjid. Hal itu dapat dilihat pada masjid berbentuk rumah gadang di Minangkabau yang atapnya tumpang tindih. 

sumber gambar : https://id.wikipedia.org/


Selain itu, ada pula masjid yang bangunannya memiliki pengaruh Inggris seperti di daerah Sumenep, Madura dan Masjid Agung di Palembang yang mendapatkan pengaruh kebudayaan China serta Masjid Kebon Jeruk yang memperlihatkan corak bangunan Belanda. 

Selain masjid, bangunan makam juga mengandung unsur- unsur asli budaya Indonesia. Ketika seseorang meninggal dalam Islam, kuburan tempat ia dimakamkan diabadikan dan diperkuat dengan batu. Bangunan itu disebut kijing atau jirat. Tidak berbeda dengan candi, makam dianggap sebagai tempat peristirahatan yang terakhir dan abadi sehingga diusahakan kuburan menjadi tempat tinggal yang sesuai bagi orang yang dikubur disitu. Makam orang- orang yang berpengaruh seperti sultan atau raja, dibangun seperti layaknya istana.

Beberapa tipe nisan Aceh di kompleks makam kuno Leubok Tuwe
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/


Makam - makam di Indonesia banyak dikunjungi oleh orang, terutama pada makam orang - orang tertentu yang dianggap kramat. Kunjungan ke makam disebut ziarah. Ziarah sebenarnya sama dengan kebiasaan lama, yaitu mengunjungi candi atau tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pemujaan itu lebih ditujukan kepada seseorang yang dianggap memiliki kelebihan daripada manusia lainnya, seperti raja, para wali, atau pemuka agama yang terkenal. Kunjungan ke makam- makam keramat dilakukan dengan membakar kemenyan, menabur bunga, merupakan kelanjutan dari kebiasaan - kebiasaan lama yakni pemiujaan terhadap arwah nenekmmoyang di candi- candi. 

Seni Rupa 
Di dalam agama Islam, terdapat larangan untuk melukis sesuatu makhluk hidup, terutama manusia. Oleh karena itu, seni rupa dan seni patung pada zaman permulaan  masuknya Islam mengalami banyak kemunduran. 

Namun dalam perkembangan selanjutnya, muncul seni lukis dengan gambar binatang yang disamarkan. Dengan demikian. pada zaman madya yang berkembang adalah seni lukis dan seni ukir, sementara seni pahat terus mengalami kemunduran. 

Dalam hal seni hias, pola- pola yang dibuat meniru zaman kuno, seperti daun- daunan, kembang, bukit- bukit karang, pemandangan, garis- garis geometri, kepala kijang, ular naga dan sebagainya. 

Ukiran- ukiran juga nampak di bangunan seperti masjid, nisan, gapura, dan dinding- dinding masjid dengan pola huruf arab dan pola sebelum Islam. 

Aksara dan Seni Sastra
Huruf arab dan bahasa arab berkembang setelah masuknya Islam di Indonesia. Banyak sastra yang disadur atau diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana merupakan hasil dari saduran sastra. Hikayat Perang Pandhawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Sri Rama dan Hikayat Pancatanderan merupakan contoh judul saduran dari gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana. 

Di daerah Melayu juga dikenal syair Ken Tambuhan, Syair Panji Semirang, Hikayat Panji Kuda Semirang, cerita wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Istilah hikayat menunjukkan pengaruh Islam karena sebelumnya istilah tersebut tidak dikenal. 

Seni sastra yang mencerminkan Islam adalah suluk, yaitu kitab- kitab yang menjelaskan tentang tasawuf. Beberapa contoh kitab tasawuf adalah Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang. 

Suluk Sukarsa menceritakan tentang seseorang yang bernama Sukarsa yang mencari ilmu untuk kesempurnaan hidupnya. Suluk Wujil berisikan wejangan - wejangan dari Sunan Bonang kepada Wujil yaitu seorang kerdil bekas abdi kerajaan Majapahit. Suluk Malang Sumirang berisikan pengagungan orang yang telah mencapai kesempurnaan dan berhasil bersatu dengan Tuhan yang berarti ia telah terlepas dari ikatan- ikatan syariah. 
Materi Sejarah : Penyebaran Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia, Jalur Apa Saja yang Ditempuh?

Materi Sejarah : Penyebaran Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia, Jalur Apa Saja yang Ditempuh?

 Agama dan kebudayaan Islam tersebar di bumi nusantara melalui beberapa jalur. Jalur perdagangan, jalur dakwah dan pendidikan, perkawinan, maupun melalui sarana kesenian. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash


a. Jalur Perdagangan 
Penyebaran agama dan kebudayaan Islam melalui perdagangan dilakukan oleh para pedagang Islam yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat. Mereka biasanya tinggal sementara di pusat perdagangan sambil menunggu angin musim yang baik untuk berlayar kembali ke negaranya. 


Kesempatan tersebut dimanfaatkan mereka untuk bertransaksi sekaligus memperkenalkan agama dan budaya Islam kepada penduduk pribumi nusantara. 

b. Jalur Dakwah dan Pendidikan 
Islam mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan pendakwah. Para mubalig dan guru - guru agama Islam mempunyai tugas untuk menyiarkan agama Islam. 

Salah satu cara mereka dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mendirikan pesantren - pesantren untuk mencetak kader agama Islam. 

Di pulau Jawa, misalnya, penyiaran agama Islam dilakukan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan "Wali Sanga" atau sembilan wali. Berikut para wali yang termasuk dalam Walo Sanga tersebut, 

  1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat dari Ampel Denta, Surabaya
  2. Sunan Bonang atau Mahdum Ibrahim putra dari Raden Rahmat, dari Bonang, Tuban 
  3. Sunan Kalijaga atau Jaka Sayid putra seorang tumenggung Majapahit dari Kadilangu Demak 
  4. Sunan Giri putra Maulana Ishak 
  5. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah yang menikah dengan Rara Santang atau Syarifah Modarin putri Prabu Siliwangi 
  6. Sunan Drajat atau Syamsudin putra Raden rahmat atau Sunan Ampel yang tinggal di Drajat Sedayu
  7. Sunan Maulana Magribi atau Malik Ibrahim yang berasal dari  Persia dan berkedudukan di Gresik 
  8. Sunan Kudus dari Kudus 
  9. Sunan Muria dari Jepara 

c. Jalur Perkawinan 
Semakin berkembangnya perdagangan, maka semakin banyak pedagang yang menetap di wilayah nusantara untuk sementara waktu bahkan dalam kurun waktu yang lama. 

Daerah - daerah mereka sering disebut sebagai pekayon. Banyak diantara pedagang Islam yang kemudian menikah dengan penduduk pribumi. Jika wanita yang dinikahi berasal dari lingkup bangsawan, maka akan berpengaruh besar dalam proses Islamisasi terhadap masyarakat. 

d. Jalur Kesenian 
Penyebaran Islam melalui jalur kesenian juga dinilai sangat efektif. Penyebaran melalui jalur tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pada waktu itu, kebudayaan Hindu masih sangat kuat yang menyebabkan para mubalig menempuh cara dengan memanfaatkan kesenian Hindu sebagai sarana menyiarkan agama Islam. Berbagai kesenian seperti wayang kulit, gamelan, lagu anak- anak merupakan sarana- sarana syiar agama Islam melalui jalur kesenian. 

Itulah beberapa jalur penyebaran agama dan kebudayaan Islam dalam proses Islamisasi di nusantara sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga saat ini dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Semoga pembahasan di atas bermanfaat buat teman- teman yang sedang mempelajari tentang penyebaran agama Islam di nusantara. 

Salam. 


Materi Sejarah : Mengenal Proses Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia dan Teori- Teori yang Berkembang

Materi Sejarah : Mengenal Proses Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia dan Teori- Teori yang Berkembang

Para ahli masih bersilang pendapat berkaitan dengan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam di Indonesia. Belum ada suatu pendapat yang pasti akan masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Beberapa pendapat mengatakan bahwa masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia terjadi sekitar abad ke-8, yaitu melalui pedagang- pedagang Islam. 

Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia 
Kegiatan perdagangan menjadi jalur utama masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang kaya akan hasil bumi menjadi daya tarik para pedagang dari berbagai bangsa. 

Pedagang- pedagang dari China, India, Persia maupun Arab berdatangan ke kepulauan nusantara untuk melakukan aktivitas perdagangan. Selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional tumbuh dan berkembang dalam perdagangan antarbangsa. 

Melalui selat Malaka itulah para pedagang mengunjungi berbagai tempat di Indonesia seperti Jepara,  Tuban, Gresik dan tempat di timur nusantara yaitu Banjarmasin, Ambon, Gowa, dan Ternate yang dikenal sebagai pusat penghasil rempah- rempah. 

Melalui perdagangan itu, para pedagang yang berasal dari Persia, Arab, dan Gujarat yang memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama dan budaya arab ke penduduk lokal Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa masuknya agama dan budaya Islam dilakukan secara damai melalui hubungan perdagangan. 

Tentang kapan pastinya agama dan budaya Islam masuk ke Indonesia masih belum begitu jelas, namun yang pasti, para pedagang dari luar datang ke Indonesia melalui selat Malaka. Sejak berkembangnya kerajaan Sriwijaya, selat Malaka menjadi jalur pelayaran dan perdagangan. Pasalnya, sekitar abad ke-8, para pedagang Islam sudah berdatangan di Malaka dan Sriwijaya. Mereka menyebut Sriwijaya dengan sebutan Sribuza, Zabay, atau Zabag. 

Selanjutnya, terdapat bukti dengan ditemukannya sebuah batu tulis di Leren Gresik yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Maimun, yang berangka 1082 Masehi. Hal ini menguatkan bahwa pada abad ke-11 agama Islam sudah ada di pulau Jawa dan dianut oleh beberapa orang. 

Menurut Marcopolo, agama Islam sudah berkembang di nusantara pada akhir abad ke-13. Dalam perjalanannya dari Tiongkok ke negara asalnya yaitu Venesia pada tahun 1292, ia singgah di Aceh bagian utara. Di daerah Perlak, Marcopolo menjumpai penduduk yang beragama Islam dan juga para pedagang dari Gujarat yang menyebarkan agama Islam. 

Keterangan dari Marcopolo tersebut juga belum dapat memastikan kapan agama Islam masuk ke wilayah nusantara. meskipun demikian, agama Islam masuk ke wilayah nusantara pada abad ke-8. 

Memasuki abad ke 13, agama Islam sudah menyebar ke beberapa wilayah Sumatra, daerah pantai semenanjung Malaka dan beberapa daerah Pulau Jawa. 

Teori Masuknya Islam ke Nusantara 
Ada beberapa teori masuknya Islam ke nusantara yaitu sebagai berikut, 

Melalui Pedagang Gujarat 
Teori pertama, yaitu Islam masuk melalui pedagang Gujarat bertolak belakang dengan pendapat Marcopolo yang menyatakan bahwa ia menyaksikan banyak pedagang Gujarat yang giat menyebarkan agama Islam ketika berkunjung ke Perlak pada tahun 1292. 

Pendapat tersebut diperkuat dengan adanya batu nisan Sultan Malik Al Saleh yang di datangkan dari Gujarat. Oleh masyarakat setempat, batu nisan tersebut disebut jaratan yang kemungkinan berasal dari nama Gujarat. 

Masuknya Islam melalui Pedagang Persia 
Pendapat kedua masuknya Islam ke nusantara melalui pedagang Persia dikemukakan oleh Umar Amir Husein dengan alasan bahwa ada kesamaan suku Laren dan Jawi seperti halnya di Persia. Ada kemungkinan bahwa kedua suku tersebut yang mengajarkan huruf arab di pulau jawa yang dikenal sebagai huruf arab pegon. 

Ahli lain yang mendukung pendapat ini, Husein Jayadiningrat, mengemukakan bahwa pasangan dalam bahasa arab disebut Jabar-jer, dimana istilah ini termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa arab disebut fathah kasrah. Selain itu, pada bulan Muharram, Husein, putera Ali meninggal di Karbala. 

Di Persia, upacara meninggalnya Husein ditandai dengan mengarak peti yang disebut tabut. OLeh  karena itu, bulan Muharram disebut sebagai bulan tabut, yang mana masyarakat Aceh dan Minangkabau juga menyebut seperti itu.  Hal ini menguatkan adanya pengaruh Persia. 

Masuknya pedagang melalui pedagang Arab atau Mesir 
Hamka, seorang tokoh Islam berpendapat bahwa Islam masuk ke nusantara melalui arab atau mesir. Ada dua alasan yang dikemukakan untuk menguatkan teori tersebut yaitu :

a. Raja- raja Samudra Pasai menganut Madzhab Syafi'i. Adapun penganut mazhab Syafi'i adalah masyarakat Mesir dan Makkah. Jika agama Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia, maka pastilah banyak masyarakat Indonesia yang menganut aliran Syiah seperti di Persia atau bermazhab Hanafiah seperti di India. 

b. Gelar al Malik yang digunakan oleh raja- raja Samudra Pasai, berasal dari Mesir, sementara itu gelar Syah yang berasal dati Persia, baru digunakan oleh raja Malaka pada awal abad ke-15. 

Nah, ketiga pendapat atau teori tersebut memiliki alasan yang kuat. Para pedagang, baik dari arab, Persia maupun Gujarat, sama- sama memiliki peranan yang penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah nusantara. 

Itulah tentang teori- teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Semoga pembahasan ini dapat memberikan tambahan referensi buat teman- teman yang sedang mempelajari materi ini.

Semoga Bermanfaat 

Salam. 
Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Masa berburu dan mengumpulkan bahan makanan telah berakhir dan berganti dengan masa bercocok tanam di akhir zaman mesolitikhum. Pada masa bercocok tanam, manusia mulai mengenal bagaimana menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing). Masa ini menggantikan kebiasaan berburu dan mengumpulkan makanan di era sebelumnya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Cara Bercocok Tanam 
Cara bercocok tanam yang pertama kali dilakukan adalah dengan cara berhuma, yaitu menebangi hutan, kemudian menanami dengan jenis padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Sistem berhuma ini membuat masyarakat mendiami daerah dengan jangka yang agak lama. 

Pada masa inilah mulai berkembang perkampungan- perkampungan dan kemudian terbentuk kesatuan- kesatuan suku, marga yang masing- masing dipimpin oleh kepala suku yang dipilih berdasarkan prinsip primus inter pares. Prinsip primus inter pares diartikan sebagai yang pertama di antara yang setara. 

Kehidupan masyarakat makin teratur dan mulai terbentuk kerja sama dan gotong royong dari para anggotanya. Pembagian kerja mulai jelas dan meluas sehingga terbentuk kelompok masyarakat dengan keahlian masing- masing. 

Masyarakat selain bercocok tanam di sawah juga sudah mengenal cara- cara mengawetkan makanan. Mereka seringkali memberikan garam atau ramuan tertentu pada daging dan ikan segar agar dapat bertahan lebih lama. 

Kegiatan perekonomian 
Kegiatan perekonomian semakin kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan pertanian, perdagangan, dan pelayaran yang semakin maju. Pola kehidupan masyarakat pun semakin beragam dan makmur. 

Peninggalan Budaya Berupa Alat
Kemakmuran masyarakat prasejarah pada masa bercocok tanam dapat dibuktikan dengan beberapa peninggalan budaya yang bermacam- macam. Beberapa peninggalan budaya yang pernah diciptakan adalah kapak persegi, beliung, kapak lonjong, gerabah dan bajak. Alat- alat tersebut sudah terbuat dari logam. 

Peninggalan Bangunan
Selain peninggalan budaya berupa alat- alat di atas, terdapat pula peninggalan berupa bangunan. Hal ini memberikan bukti bahwa masa bercocok tanam mulai mengenal tradisi megalitikum atau bangunan- bangunan yang dibuat  dengan batu besar atau utuh (megalith).

Bangunan megalitikum dibuat untuk menghormati arwah nenek moyang. Beberapa bangunan megalitikum yang dapat ditemukan adalah seperti menhir, sarkofagus, dolmen, peti kubur batu, punden berundak, waruga dan arca. 

a. Menhir 
Menhir merupakan sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara mengjormati roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatra selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

b. Sarkofagus 
Sarkofagus merupakan peti mayat yang banyak ditemukan di Bali. 

c. Dolmen
Dolmen adalah peti mayat yang berfungsi sebagai peti mayat maupun sebagai  meja sesaji. Dolmen dapat dianggap sebagai sarana pemujaan. Dolmen ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur. 

d. Peti Kubur Batu
Peti kubur batu merupakan peti mayat, hanya bentuknya berbeda dengan Dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan sarkofagus  dibuat dengan batu utuh, sedangkan peti kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menyerupai peti. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. 

e. Punden Berundak- undak 
Punden berundak undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara berundak- undakan atau bertingkat. Punden berundak- undak ditemukan di daerah Lebak, Banten Selatan. 

 f. Waruga 
Waruga adalah peti kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi tengah dan Sulawesi Utara. 

g. Arca 
Arca terbuat dari batu utuh, yang ada menyerupai hewan atau manusia. Arca banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 
Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Kehidupan masyarakat prasejarah di nusantara dibagi menjadi dua tahapan yaitu zaman dimana kehidupan masyarakat menggantungkan hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan kemudian dilanjutkan dengan masa yang lebih maju dimana masyarakat mulai  bercocok tanam dalam mempertahankan hidupnya. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash

Nah, pada pembahasan materi sejarah kali ini, kita akan belajar tentang kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan di masa prasejarah. 

Masyarakat prasejarah di nusantara pada mulanya hidup dengan bebruru dan mengumpulkan makanan (food gathering). Hal tersebut disebabkan keadaan lingkungan dan fisik manusia prasejarah yang belum sesempurna manusia sekarang. Manusia pada masa itu sangat sederhana sekali cara berpikirnya dan belum dapat berkomunikasi layaknya manusia di masa sekarang. 

Pertumbuhan Penduduk Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tantangan alam berupa iklim, gempa bumi, banjir berpengaruh terhadap jumlah mereka yang terbatas. Angka kematian sangat tinggi yang tidak diimbangi oleh angka kelahiran menyebabkan laju pertumbuhan penduduk berjalan lambat.

Alam menjadi tumpuan kehidupan masyarakat prasejarah di masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memperoleh makanan langsung dari alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Hidup mereka mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden). 

Tempat Tinggal Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Mereka mencari daerah yang aman dari terpaan hujan, terik matahari dan hawa yang dingin namun tidak terlalu jauh dari sumber air seperti sungai, danau, dan sumber lainnya. Mereka juga tinggal di gua- gua sebagai tempat tinggal sementara. Gua- gua yang dipilih biasanya terletak di lereng- lereng bukit yang terjal. Mereka menggunakan tangga yang dapat ditarik ke dalam gua apabila ada bahaya yang mengancam. 

Dalam berburu dan mengumpulkan makanan, mereka menggunakan alat yang terbuat tulang, batu, tanduk dan kayu. Adapun peralatan yang dipakai seperti kapak genggam, tombak, panah, dan alat- alat serpih. Alat- alat yang digunakan masih berbentuk kasar dan tidak diasah. Selain alat- alat, mereka juga mengenal perhiasan yang terbuat dari batu dan kerang seperti anting, kalung dan gelang. 

Komunikasi Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masyarakat prasejarah belum mengenal bahasa, dan untuk berkomunikasi antarsesama, mereka menggunakan bahasa isyarat yang berupa teriakan atau pekikan yang disertai dengan gerakan- gerakan tangan. Hal inilah yang membuat perkembangan budaya masyarakat sangat lambat.

Sebagai alat transportasi, mereka membuat rakit dan sampan dari bambu untuk menyusuri tepi sungai dan pantai. 

Budaya Rohani Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah mengenal budaya rohani yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan lukisan telapak tangan dan babi rusa yang pada bagian jantungnya tertancap panah pada dinding- dinding gua bekas tempat tinggal. 

Lukisan tersebut ditemukan di Sulawesi Selatan pada tahun 1950 oleh C.H.M Heeren Palm. Lukisan yang ditemukan menyimbolkan pemujaan terhadap roh nenek moyang agar berhasil bila berburu. 

Kepercayaan dari masyarakat adalah animisme, dinamisme, dan toteisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda- benda yang dianggap memiliki roh gaib. Totemisme merupakan pemujaan terhadap binatang yang dianggap suci atau keramat.   

Untuk memahami pembahasan di atas, yuk dicoba kerjakan soal- soal berikut ini, 

1. Berikut ini yang menjadi penyebab masyarakat prasejarah hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. keadaan lingkungan yang tidak menentu 
B. fisik masyarakat yang belum sesempurna masyarakat modern 
C. Cara berpikir yang tidak jelas 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban A, B dan C benar 


2. Angka pertumbuhan penduduk pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh ....
A. sering terjadi perang antarsuku 
B. Tantangan alam yang keras 
C. angka kematian yang tinggi tidak diimbangi angka kelahiran yang rendah 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban B dan C benar


3. Gambaran kehidupan masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hidup menetap 
B. hidup berpindah pindah 
C. hidup dengan berperang 
D. hidup secara terpisah 
E. hidup di dalam hutan 


4. Tempat tinggal masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hutan- hutan yang lebat 
B. gua- gua yang ada di bukit terjal 
C. gunung- gunung yang tinggi 
D. tepi ladang 
E. dekat sumber makanan 


5. Berikut ini contoh alat yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. kapak perimbas 
B. kapak lonjong 
C. kapak genggam 
D. panah perunggu 
E. kapak perunggu 


6. Untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat, mereka menggunakan ....
A. simbol api 
B. simbol asap 
C. komunikasi biasa 
D. teriakan dan pekikan 
E. semua jawaban benar 


7. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. gerobak 
B. kuda 
C. sapi 
D. rakit dan sampan 
E. babi rusa 


8. Budaya rohani yang sudah dikenal di dalam masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. menyembah dewa- dewa 
B. merayakan hari keagamaan 
C. memuja roh nenek moyang 
D. mengkeramatkan tempat tertentu 
E. mensucikan suatu tempat 


9. Pemujaan terhadap roh nenek moyang dilakukan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan tujuan ....
A. bersyukur atas nikmat yang diberikan
B. harapan agar berhasil ketika berburu 
C. menganggap benda memiliki kekuatan 
D. menganggap suci dan keramat suatu binatang tertentu 
E. menganggap roh nenek moyang ada diantara mereka 


10. Lukisan telapak yangan dan babi rusa yang bagian jantungnya tertancap panah ditemukan di wilayah ....
A. Kalimantan Barat 
B. Sulawesi Selatan 
C. Nusa Tenggara Timur 
D. Maluku Utara 
E. Sulawesi Tenggara 


11. Masyarakat memiliki kepercayaan animisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


12. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut ajaran dinamisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


13. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut toteisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


Demikian Materi Sejarah SMA : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk semuanya. 

Salam. 
Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Zaman prasejarah secara umum diartikan sebagai zaman dimana manusia belum mengenal tulisan dan zaman sejarah merupakan zaman dimana manusia sudah mengenal tulisan. Ciri- ciri zaman prasejarah dapat dilihat dari cara masyarakatnya dapat mempertahankan hidupnya. Sementara corak kehidupan prasejarah dilihat dari tingkat peradaban yang dimilikinya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Pengertian Prasejarah dan Sejarah 

Pengertian Prasejarah 
Prasejarah dalam bahasa Inggris berasal dari kata prehidtory. Pre yang artinya sebelum dan history artinya sejarah. Zama prasejarah seringkali disebut sebagai zaman nirleka, yang artinya zaman sebelum adanya tulisan. 

Kita dapat mengetahui kehidupan masyarakat prasejarah setelah para arkeolog melakukan penggalian dan penelitian terhadap benda- benda purbakala baik yang berupa fosil maupun artifak. 

Fosil merupakan sisa- sisa kehidupan yang terpendam di dalam tanah dan telaj membatu akibat proses kimiawi. Fosil dapat berupa tulang manusia, hewan, dan sisa- sisa tumbuhan. 

Sedangkan artifak merupakan peralatan atau perkakas buatan masyarakat prasejarah yang biasanya terbuat dari batu, tulang hewan, logam maupun kayu. 

Paleontologi merupakan ilmu yang berperan dalam penelitian fosil. Paleontologi berasal dari kata plaios yang artinya tua, onto yang artinya kehidupan dan logos artinya ilmu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa paleontologi merupakan ilmu yang meneliti kehidupan zaman tua. 

Paleontologi memiliki beberapa cabang ilmu yang membantu dalam kegiatan penelitiannya, yaitu :

  1. arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari peninggalan- peninggalan sejarah dan purbakala yang digunakan untuk merekonstruksi atau menyusun kembali kehidupan manusia pada masa lampau. 
  2. antropologi budaya, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaan. 
  3. geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi dan batuannya. 
  4. palae-antropologi yaitu cabang ilmu antropologi yang mempelajari asal-usul terjadinya perkembangan manusia dengan objek penyelidikan sisa- sisa fosil manusia purba.
  5. botani, yaitu ilmu yang menyelidiki fosil serbuk bunga untuk mengenali tetumbuhan masa lampau, sekaligus mengambil kesimpulan tentang iklim di masa itu. 
  6. fisika, terutama fisika atom, yaitu ilmu yang digunakan untuk emnentukan waktu secara cermat dengan mengukur hasil pelapukan isotop unsur radioaktif tertentu. 
  7. kimia, yaitu ilmu dengan aneka ragam teknik untuk menganalisa bahan biologi, terutama anatomi perbandingan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan anatra organisme yang masih dekat kekerabatannya. 

Pengertian Sejarah 
Sejarah memiliki tiga aspek pokok, antara lain sebagai berikut,

Sejarah sebagai peristiwa
Dalam aspek ini, sejarah ditempatkan sebagai kejadian atau fakta yang benar- benar telah terjadi di masa lampau. Dari kejadian pada masa lampau tersebut dapat disimak bagaimana pola hidup masyarakat di masa itu. 

Sejarah sebagai kisah
Sejarah menurut sudut pandang ini, ditempatkan sebagai cerita atau narasi yang disusun  berdasarkan ingatan, kesan terhadap peristiwa di masa lampau.

Sejarah sebagai ilmu 
Sejarah sebagai ilmu ditempatkan sebagai pengetahuan tentang epristiwa masa lampau yang disusun menurut sistematika dan metode pengkajian ilmiah atau metode sejarah yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau secara objektif. 

Jadi, secara umum, sejarah mulai ada sejak manusia mulai hidup di atas permukaan bumi. Ketika kita membahas tentang sejarah, maka akan dijelaskan tentang kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya baik yang berlangsung pada masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang. 

Secara khusus, sejarah diartikan sebagai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Masyarakat yang hidup di masa itu sudah mengenal tulisan. Oleh karenanya, zaman sejarah disebut sebagai zaman setelah manusia telah mengenal tulisan. 

Sumber sejarah 
Sumber sejarah merupakan bukti pengungkapan dari peristiwa atau kejadian di masa lalu. Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. 

Sumber primer merupakan sumber sejarah yang berupa data langsung atau kesaksian, laporan dari seseorang yang secara langsung menyaksikan atau mengalami langsung suatu peristiwa. Sumber primer sejarah dapat berupa catatan- catatan, , alat- alat atau benda- benda yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. 

Sementara itu, sumber primer, merupakan sumber sejarah yang berupa laporan atau tulisan- tulisan dari seseorang mengenai suatu peristiwa, namun ia sendiri tidak mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa itu. 

Ditinjau dari wujudnya, sumber sejarah dapat dibagi atas sumber lisan, sumber tertulis, sumber benda dan sumber audiovisual. 

Sumber lisan, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan dari seseoranga atau beberapa orang yang menyaksikan secara langsung  atau mengalami langsung suatu peristiwa.

Sumber tertulis, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan tertulis mengenai suatu peristiwa atau kejadian, misalnya, prasasti, babad, naskah kuno, dan buku. 

Sumber benda, merupakan sumber sejarah yang berupa alat- alat, artifak, atau fosil. 

Sumber audiovidual merupakan sumber sejarah yang merupakan hasil rekaman dari media elektronika misalnya kaset dan rekaman video dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. 

Itulah pembahasan tentang zaman prasejarah dan zaman sejarah, pengertian dan sumber- sumber sejarahnya. Semoga bermanfaat.

Salam. 

   
Materi Sejarah : Mengenal Periodisasi Sistem Penyelenggaraan NKRI dari Tahun 1945 Hingga Masa Orde Lama

Materi Sejarah : Mengenal Periodisasi Sistem Penyelenggaraan NKRI dari Tahun 1945 Hingga Masa Orde Lama

Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam mewujudkan kemerdekaan. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menghendaki bentuk negara kesatuan yang sejalan dengan paham integralistik yang melihat bangsa sebagai suatu organisme. Muhammad Yamin juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan negara yang bersifat unitarisme serta wujud negara dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash


Bentuk negara kesatuan tersebut didasarkan pada lima alasan, diantaranya :
  1. Unitarisme sudah merupakan cita- cita kemerdekaan Indonesia 
  2. Negara tidak memberikan tempat hidup bagi provinsialisme 
  3. Tenaga- tenaga terpelajar sebagian besar berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di daerah untuk membentuk negara federal. 
  4. Wilayah- wilayah di Indonesia tidak sama potensi dan kekayaannya 
  5. Berdasar sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila sebagai negara kesatuan. 

Dalam penyelenggaraan negara kesatuan republik Indonesia, beberapa periode terjadi dan menjadi bagian dalam sejarah bangsa Indonesia. 

Periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 (NKRI)
Bentuk negara Indonesia pada periode ini adalah eksatuan dengan bentuk pemerintahan republik. Presiden dalam hal ini berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. 
Sistem pemerintahan pada masa periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 adalah sistem presidensial. 

Pada masa ini, negara Indonesia mendapat tekanan dari berbagai pihak, termasuk propaganda Belanda di dunia Internasional yang menuduh Indonesia sebagai dikattor karena terpusatnya kekuasaan negara di tangan presiden. 

Pihak Indonesia pun tidak tinggal diam dengan tekanan Belanda tersebut. Indonesia mengeluarkan maklumat yang berdampak besar terhadap sistem ketatanegaraan di Indonesia. Tiga maklumat tersebut diantaranya :

  1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari presiden serta memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. 
  2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik yang sebanyak- banyaknya oleh rakyat. 
  3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang mengubah sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer. 

Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 pada dasarnya menyalahi ketentuan undang -undang dasar 1945. 

Adanya perubahan dari sistem presidensial menjadi sistem parlementer sejatinya dimaksudkan agar negara mampu mengakomodasi semua kekuatan yang ada. Namun pada kenyataannya, keadaan menjadi tidak stabil. Pasalnya, kabinet - kabinet parlementer yang terbentuk sangat mudah dijatuhkan dengan mosi tidak percaya dari DPR. 

Pada masa pemerintahan parlementer, terdapat beberapa kabinet yang terbentuk, yaitu :
  1. Kabinet Amir Syarifuddin I : Tanggal 3 Juli 1947 - 11 NOvember 1947 
  2. Kabinet Amir Syarifuddin II : Tanggal 11 NOvember 1947 - 29 Januari 1948 
  3. Kabinet Hatta I : Tanggal 29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949
  4. Kabinet Darurat (Mr. Syafruddin Prawiranegara) : Tanggal 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949
  5. Kabinet Hatta II : Tanggal 4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949

Selama masa ini, keadaan yang terjadi adalah situasi pemerintahan yang tidak stabil, tekanan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia,  dan adanya pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. 

Kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 27 Desemebr 1949 kemudian mengubah bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Negara Serikat. 

Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 (Konstitusi RIS)
Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 menjadi masa dimana konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) berlaku. Menurut konstitusi RIS, parlemen dipecah menjadi dua badan yaitu DPR dan senat. 

Adapun bentuk negara Indonesia pada masa ini adalah serikat atau federasi dengan bentuk pemerintahan republik dan sistem pemerintahannya adalah parlementer kabinet semu (kuasiparlementer).

Karakteristik dari sistem parlementer kabinet semu adalah sebagai berikut : 
  1. Presiden yang melakukan pengangkatan Perdana Menteri, bukan parlemen pada umumnya 
  2. Presiden juga yang berwenang membentuk kabinet, bukan oleh parlemen 
  3. Presiden mencampuri urusan kekuasaan perdana menteri. 
  4. Kabinet bertanggung jawab terhadap DPR, namun harus melalui keputusan pemerintah 
  5. Presiden RIS berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan 

Periode 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
Konsitusi yang berlaku pada masa 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 adalah UUDS 1950. UUDS RI tahun 1950 merupakan perubahan dari konstitusi RIS 1949 yang diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan antara pemerintah RIS dan pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19 Mei 1950. 

Pada masa tersebut, bentuk negara RI adalah kesatuan dan kekuasaan dipegang oleh pemerintah pusat  dengan hubungan antara pusat dan daerah  yang didasarkan pada asas desentralisasi. 

Bentuk pemerintahan adalah republik dengan kepala negara seorang presiden yang dibantu oleh seorang wakil presiden. Adapun sistem pemerintahan adalah parlementer  dengan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. 

Selama berlakunya UUDS 1950, ada tujuh kali pergantian kabinet, yaitu :
  1. Kabinet Natsir ( 6 September 1950 - 27 April 1951)
  2. Kabinet Sukirman (27 April 1951 - 3 April 1952)
  3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
  4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
  5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956) 
  6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II ( 24 Maret 1956 - 9 April 1957)
  7. Kabinet Juanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959) 

Selama periode UUDS 1950 dengan berbagai pergantian kabinet, berdampak pada terganggunya pemerintahan. Selain itu, pembangunan menjadi terhambat dan timbulnya masalah pada stabilitas keamanan. Pada masa itu, terjadi banyak pemberontakan yang menyebabkan kacaunya kondisi negara. 

Masa UUDS 1950 juga menjadi sejarah dilaksanakannya Pemilu pertama yaitu pada masa Burhanuddin Harahap. Dasar pelaksanaan Pemilu pertama ini adalah UU Pemilu No. 7 Tahun 1953.

Pemilu pertama dilaksanakan dalam dua tahap yaitu 
  • Tahap I tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen 
  • Tahap II tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante

Badan konstituante bertugas untuk merumuskan UUD karena UUDS 1950 hanya bersifat sementara. Badan konstituante ini kemudian gagal menjalankan tugasnya sehingga kondisi ketatanegaraan Indonesia menjadi tidak menentu. 

Kondisi yang tidak menentu inilah yang menjadikan Presiden Soekarno pada saat itu mengajukan rancangan sistem Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali pada UUD 1945. 

Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisikan tiga hal diantaranya : 
  1. Pembubaran Badan Konstituante
  2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950 
  3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966 (Orde Lama)
Periode ini merupakan masa berlakunya UUD 1945 kembali. Kedudukan presiden pada masa ini adalah sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk pada 9 Juli 1959 berjuluk Kabinet Kerja. Susunan kabinet kerja terdiri atas :
  • Kabinet inti, yang terdiri atas satu perdana menteri dijabat oleh presiden dan 10 orang menteri
  • Menteri- menteri ex officio, yaitu pejabat- pejabat yang karena jabatannya diangkat menjadi seorang menteri seperti kepala staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, kepolisian negara, jaksa agung, ketua Dewan Perancang Nasional, dan wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung. 
  • Menteri- menteri muda sebanyak 60 orang. 

Presiden Soekarno kemudian menetapkan Demokrasi Terpimpin. Hal ini dilakukan sebagai kekecewaan atas pelaksanaan demokrasi liberal. 

Sistem demokrasi terpimpin pada dasarnya melandaskan pada hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Namun, pada pelaksanaannya, kepemimpinan penguasa lebih diutamakan, karena presiden bertindak sebagai presiden atau pemimpin besar revolusi yang mana kepemimpinannya bersifat otoriter dan terjadi pengkultusan individu. 

Pada periode orde lama, terjadi penyimpangan- penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 diantaranya
  1. Pembubaran DPR hasil pemilu yang kemudian diganti oleh DPR Gotong Royong yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
  2. Pembentukan MPR sementara  yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden 
  3. Penetapan Ir Soekarno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS 
  4. Membentuk front nasional 
  5. Lahirnya paham Nasakom (nasionalis, agama dan komunis) yang memberikan peluang lahirnya komunisme. 

Masa orde lama kemudian tumbang pada tahun 1966 dan digantikan oleh masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). 


Demikian periodisasi sistem penyelenggaraan NKRI dari tahun 1945 hingga masa orde lama. Semoga Bermanfaat.

Salam.  

Materi Sejarah : Daftar Organisasi Politik pada Masa Pendudukan Jepang

Materi Sejarah : Daftar Organisasi Politik pada Masa Pendudukan Jepang

Segala bentuk organisasi kebangsaan yang telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda pada masa pendudukan Jepang dibubarkan dan dilarang. 

Image by For commercial use, some photos need attention. from Pixabay

Undang- Undang  Bala Tentara Jepang nomor 2 tanggal 8 Maret 1942 menyebutkan adanya pelarangan bagi bangsa Indonesia untuk berserikat dan berkumpul. Bentuk pelanggaran atas hal ini akan ditindak tegas oleh Kempeitai atau Dinas Polisi Rahasia Jepang dengan melakukan hukuman yang kejam. 

Para pemimpin organisasi yang telah dibubarkan akan diawasi dan geraknya dicurigai. Pada masa itu, Jepang sudah menelisik data- data yang berisikan semua dokumen tentang keadaan di zaman Hindia Belanda termasuk situasi politik dan para pemimpin yang ada di dalamnya. 

Seluruh organisasi pergerakan dibubarkan kecuali golongan Islam yang mendapatkan perlakuan khusus. Golongan Islam tersebut mendapatkan perlakukan khusus karena sikap yang antibarat. 

Ada beberapa organisasi politik yang berkembang pada masa pendudukan Jepang diantaranya berikut ini, 

Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) 
Salah satu organisasi Islam yang yang masih diperbolehkan adalah Majelis Islam A'la Indonesia ( MIAI). MIAI diririkan pada tahun 1937 di surabaya dengan tokoh pendiri K.H Mas Mansur dan kawan- kawannya. 

Semula, organisasi MIAI diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang, karena gerakannya yang antibarat dan hanya bergerak dalam bidang amal serta penyelenggaraan hari- hari besar Islam. Alasan lain diizinkannya MIAI oleh Jepang adalah bahwa para kiai tidak membahayakan pendudukan Jepang di Indonesia sebagaimana organisasi lain yang berdiri seperti Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah yang berpusat pada bidang kerohanian dan sosial. 

Jepang pada awal pendudukan membentuk bagian pengajaran dan agama yang dipimpin oleh Kolonel Horie. Kolonel Horie kemudian mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama di Surabaya. 

Dalam pertemuan tersebut, Kolonel Horie meminta agar umat Islam tidak melakukan kegiatan- kegiatan yang bersifat politik. Permintaan tersebut akhirnya disetujui oleh peserta pertemuan. Pertemuan berlanjut pada akhir Desember 1942 dengan mengundang 32 kiai di seluruh jawa Timur untuk menghadap Letnan Jenderal Imamura dan Gunseikan, Mayor Jenderal Okasaki. 

Dalam pertemuan tersebut, Jepang tetap menghargai Islam dan akan mengikutsertakan golongan Islam dalam pemerintahan. 

MIAI dipandang sebagai satu- satunya wadah bagi organisasi gabungan Islam. Akan tetapi, organisasi ini baru diakui oleh Jepang setelah anggaran dasar diubah, khususnya pada bagian asas dan tujuannya. 

Perubahan pada asas dan tujuan MIAI ditambahkan kalimat, " pekerjaan membangun masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di lingkungan Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon."

Akan tetapi, perkembangan MIAI yang masif membuat para tokohnya juga diawasi secara ketat hingga akhirnya dibubarkan pada Oktober 1943. 

Setelah MIAI dibubarkan, berdirilah organisasi penggantinya yaitu Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Meskipun Jepang telah melarang adanya organisasi yang memungkinkan para anggotanya berserikat dan berkumpul, namun para tokoh pergerakan tetap melakukan perjuangan untuk Indonesia merdeka.

Masyumi disahkan oleh Gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943 dengan kepengurusan sebagai berikut :
  • Ketua : K.H Hasyim As'ari 
  • Wakil dari Muhamadiyah : K.H Mas Mansuir, K.H Farid Ma'ruf, K.H Mukti, K.H hasyim, dan Kartosudarmo.
  • Wakil dari NU : K.H nachrowi, Zainul Arifin, dan K.H Mochtar.

Beberapa sikap diambil oleh para tokoh pergerakan baik sikap radikal maupun sikap kooperatif dalam perjuangannya. Sikap kedua inilah yang kemudian dijadikan pilihan. Pasalnya, mereka dapat bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan berada di jajaran badan- badan bentukan Jepang. 

Gerakan 3A
Gerakan 3A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang Jepang. Berikut sekilas tentang gerakan 3A, 

  • Pimpinan : Mr. Sjamsuddin 
  • Tujuan : Agar rakyat dengan sukarela menyumbangkan tenaga bagi perang Jepang 
  • Semboyan : Nippon cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia 

Untuk mendukung gerakan 3A ini, maka dibentuklah Barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukarjo Wiryopranoto. Selain itu, penyebarluasan propaganda juga dilakukan melalui surat kabar Asia Raya. 

Gerakan 3A kemudian dibubarkan pada tanggal 20 Nopember 1942. Penyebab utamanya adalah rakyat yang kehilangan simpati dan meninggalkan organisasi tersebut. 

Putera (Pusat Tenaga Rakyat) 
Pusat tenaga Rakyat (Putera) merupakan organisasi baru yang digagas oleh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Mas Mansur. 

Ada dua versi tujuan Putera, versi Ir. Soekarno dan versi Jepang. Tujuan dari Putera versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala sesuatu yang dirobohkan oleh Imperialisme Belanda. Sementara itu, tujuan Putera versi Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu perang Jepang. 

Berkaitan dengan tujuan tersebut, maka dibentuklah macam- macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya. Adapun tugas yang diemban adalah sebagai berikut : 
  • Memengaruhi rakyat agar memiliki rasa tanggung jawab  untuk menghapus pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda
  • Memperkuat rasa persaudaraan antara Indonesia dan Jepang
  • Mengintensifkan pelajaran - pelajaran bahasa Jepang

Berdasarkan tugas- tugas tersebut, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membantu Jepang dalam mensukseskan Perang Asia Timur Raya.

Dalam Putera, terdapat susunan pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri atas pejabat usaha budaya dan pejabat bagian propaganda. 

Penyebab Kemunduran Putera
Organisasi Putera lambat laun mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, 
  • Keadaan sosial masyarakat di daerah yang masih miskin dan terbelakang khususnya dalam pendidikan sehingga kurang maju dan dinamis. 
  • Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu sehingga menyebabkan mereka tidak dapat membiayai organisasi tersebut. 

Putera dalam perkembangannya lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Jepang akhirnya membubarkan Putera dan menggantinya dengan organisasi baru yaitu Jawa Hokakai. 

Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai) 
Jawa Hokakai didirikan pada 1 Januari 1944 dengan pimpinan pusat Kepala Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Pengumuman berdirinya Jawa Hokokai sendiri langsung dilakukan oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada

Sebelum didirikannya Jawa Hokokai, Jepang terlebih dahulu meminta pendapat dari empat serangkai. Jepang mengajukan alasan dibentuknya organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat demi kepentingan Perang Asia Timur Raya. Adapun dasar dari organisai berau ini adalah untuk pengorbanan dalam hokoseiskin atau semangat kebaktian yang meliputi nilai pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. 

Latar Belakang Jawa Hokokai
Latar belakang berdirinya Jawa Hokokai adalah bahwa Jepang menyadari bahwa organisasi Putera lebih cenderung dipergunakan bangsa Indonesia dalam kepentingannya daripada pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang kemudian membentuk organisasi baru yang lebih mencakup semua golongan masyarakat termasuk golongan Arab dan Cina. 

Jawa Hokokai merupakan organisasi yang para anggotanya terdiri atas bermacam- macam hokokai dengan berbagai profesi seperti dokter, guru, kalangan pekerja dan sebagainya. 

Wadah untuk para guru bergabung dalam Kyoiku Hokokai yaitu kebaktian para pendidik. Para dokter bergabung dalam wadah Izi Hokokai atau kebaktian para dokter. Selain itu, beberapa anggota istimewa yang terdiri dari organisasi wanita (Fujinkai), Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso), Tata usaha Pembantu Prajurit Peta dan Heiko (Boei Engokai) dan hokokai perusahaan. 

Sebagai organisasi resmi pemerintah Jepang, kepemimpinan Jawa Hokokai di tingkat pusat dipegang oleh Gunseikan sedangkan untuk tingkat daerah diserahkan pada Shucokan atau Kuco. 

Kegiatan Jawa Hokokai 
Kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana yang terdapat dalam anggaran dasar adalah sebagai berikut : 
  1. Melaksanakan segala sesuatu dnegan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang. 
  2. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antarsegenap bangsa. 
  3. Memperkukuh pembelaan tanah air 
  4. Memperteguh kehidupan pada masa perang. 

Anggota Jawa Hokokai 
Anngota Jawa Hokokai bagi bangsa Indonesia disyaratkan berusia minimal 14 tahun. Sedangkan anggota dari bangsa Jepang berasal dari pegawai negeri, dan kelompok profesi lainnya. 

Jawa Hokokai berperan sebagai pelaksana utama usaha pengerahan barang- barang dan padi hingga pada tahun 1945, smeua kegiatan pemerintah dalam bidang pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini bertugas sebagai alat kepentingan Jepang. 

Cuo Sangi In ( Badan Pertimbangan Pusat)
Pembentukan Cuo Sangi In dilatarbelakangi oleh protesnya kaum nasionalis Indonesia terhadap Jepang. Pasalnya, Jepang pernah memberikan janji kemerdekaan kepada Filipina dan Burma namun tidak melakukan hal tersebut kepada Indonesia. 

Oleh karena itu, PM Tojo kemudian membuat kebijakan sebagai berikut, 
  1. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat ( Cuo Sangi In)
  2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah 
  3. Pengangkatan tokoh- tokoh Indonesia menjadi penasehat dalam berbagai departemen
  4. Pengangkatan orang Indonesia dalam pemerintahan dan organisasi resmi lain. 

Pembentukan Cuo Sangi In dan Shu Sangi Kai didasarkan pada Osamu Serei No. 36 dan 37 Tahun 1943 oleh Kumakichi Harada . Cuo Sangi In berada dalam pengawasan Saiko Shikikan atau Pemerintahan tentara Keenambelas yang bertugas menjawab pertanyaan Saiko Shikikan dalam hal politik dan pemerintah. 

Cuo Sangi In juga memiliki hak untuk membahas pengembangan pemerintah militer, mempertinggi derajat rakyat, penanganan pendidikan dan penerangan, masalah ekonomi dan industri, kemakmuran dan bantuan sosial serta kesehatan. 

Anggota Cuo Sangi In
Anggota Cuo Sangi In terdiri atas 43 orang dimana 23 orang diangkat oleh Saiko Shikikan, 18 orang dipilih oleh anggota Shu Sangi Kai, dan dua orang anggota dari daerah Yogyakarta dan Surakarta.

Anggota Cuo Sangi In dilantik pada tanggal 17 Oktober 1943 dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :
  • Ketua : Ir. Soekarno 
  • Wakil : M.A.A Kusumo Utoyo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo

Pemerintah Jepang tetap mengawasi Cuo Sangi In dengan ketat agar tidak dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia. 

Itulah dafatr organisasi politik pada masa pendudukan Jepang. Selamat belajar sejarah dan semoga bermanfaat.

Salam. 

Materi Sejarah : Modernisasi dan Perkembangan Imperialisme Jepang

Materi Sejarah : Modernisasi dan Perkembangan Imperialisme Jepang

Jepang menjadi negara yang termaju di Asia dan menjalankan praktik imperialisme pada abad ke-19. Hal tersebut dipicu oleh keberhasilan Jepang menguasai wilayah- wilayah negara di sekitarnya dan kemudian memunculkan ambisi untuk menguasai seluruh wilayah Asia. 

Image by <a href="https://pixabay.com/users/qimono-1962238/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1875247">Arek Socha</a> from <a href="https://pixabay.com/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1875247">Pixabay</a>
Source : Pixabay

Awal modernisasi dan perkembangan Jepang dilatarbelakangi oleh Restorasi Meiji (1868-1912). Restorasi Meiji membuat Jepang menjadi bangsa yang modern pada saat itu. Gerakan tersebut dipelopori oleh Kaisar Mutsuhito atausering dikenal sebagai Kaisar Meiji. 

Meiji Tenno yang pada saat itu berusia 4 tahu14 tahun memegang pimpinan pemerintahan Jepang pada tanggal 14 Desember dan membuka jalan terang untuk kemajuan Jepang. 

Langkah Meiji Tenno dalam Modernisasi dan Imperialisme Jepang
Meiji Tenno melakukan beberapa hal yang menjadi langkah dalam modernisasi dan imperialisme diantaranya : 
a. memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo 
b. menciptakan bendera kebansgaan Jepang yang diberi nama Hinomaru didasarkan atas Amaterasu sebagai Dewa Matahari 
c. menciptakan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo yang didasarkan atas keabadian Tenno sebagai Dewa ( dalam ajaran I-Chu) 

Sementara itu, berkaitan dengan usnur keyakinan,  agama Shinto ditahbiskan sebagai agama negara Jepang. 

Kaisar Meiji kemudian mengeluarkan proklamasi pada tanggal 8 April 1868 yang isinya mencakup hal- hal berikut : 
  1. akan dibentuk parlemen 
  2. harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa 
  3. semua jabatan terbuka untuk semua orang 
  4. akan dibentuk tentara nasional 
  5. tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama 
  6. adat- istiadat yang kolot dan menghalang-halangi kemajuan bangsa harus dihapuskan 
  7. mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan negara. 

Kaisar Meiji kemudian mulai melakukan pembangunan besar- besaran setelah dasar- dasar pembangunan dibentuk. Pembangunan mencakup bebrapa bidang dan dilakukan secara modern. Tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa barat. 

Bidang Pembangunan Jepang untuk Menyaingi Bangsa Barat
Berikut ini bidang- bidang pembangunan yang dikembangkan oleh Jepang untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa barat, 

1. Bidang ekonomi 
Modernisasi ekonomi dilakukan dengan mendatangkan ahli- ahli dari luar negeri dan mengimpor peralatan industri modern. 

Industri yang berkembang adalah tekstil dan selanjutnya menjadi yang terbesar di pasar tekstil di Asia, bahkan industri ini dapat menyaingi Inggris. Selain tekstil, Industri senjata dan peralatan perang juga berkembang. 

Bidang pertanian juga dikembangkan secara intensif dengan pengembangan ulat sutera dan perkebunan teh. Perkembangan ekonomi Jepang menimbulkan kelompok industri raksasa yang disebut Zaibatsu yang berasal dari bangsawan istana dan Chonin sebagai warga kota. Selain menguasai ekonomi, mereka juga ikut andil dalam bidang politik. 

2. Bidang perindustrian 
Hasil produksi sutera dan teh ditingkatkan karena sangat laku di luar negeri. Hal tersebut ditujukan untuk memperoleh devisa yang kemudian dipergunakan untuk membeli mesin- mesin modern untuk modernisasi perusahaan teh dan sutera. 

3. Bidang perdagangan 
Jepang pada masa itu memiliki masalah internal akibat terlalu berambisi untuk mengejar ketertinggalan. Industri diperbesar para pengusaha tanpa melalui perhitungan yang matang. Akibatnya berbagai jenis industri melimpah memenuhi pasaran dalam negeri. 

Selain itu, persediaan bahan mentah untuk bahan industri juga semakin menipis. Berbagai langkah yang ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut namun masih kurang membuahkan hasil. 

Oleh karenanya, Jepang mulai menempuh politik imperialisme dengan cara menguasai  daerah- daerah yang kaya akan tambang dan subur tanahnya. Gerakan imperialisme Jepang bukan hanya sebagai gerakan militer saja, akan tetapi merupakan perluasan perdagangan Jepang. 

Hasilnya, perdagangan dalam dan luar negeri berkembang pesat. Selain itu, pelayaran antarpulau dan pelayaran internasional juga maju. Dalam kurun waktu kurang lebih 50 tahun sesudah Restorasi Meiji, Jepang berkembang dan maju menjadi negara yang menyamai negara- negara di Eropa Barat. 

4. Bidang Militer 
Angkatan perang Jepang mulai dibangun dan dibentuk secara modern dan dibekali peralatan yang dibeli dari negara- negara Eropa Barat. Kemudian, Jepang membuat peralatan perang-nya sendiri. Dan bersamaan dengan diresmikannya modernisasi angkatan perang, ditumbuhkan kembali semangat Busyido sebagai dasar kemiliteran Jepang. 

Organisasi angkatan perang diorganisasi oleh Departemen Pertahanan atau Gunbatsu. Angkatan pertahanan Jepang dianggap kuat  karena setengah anggaran belanja ditujukan untuk militer. 

5. Bidang Pendidikan 
Pendidikan di Jepang mengadopsi sistem negara barat yang dianggap modern. Semua penduduk Jepang harus ikut wajib belajar untuk anak 6 tahun. 

Negara membagi daerah pendidikan menjadi delapan daerah pendidikan, dimana setiap daerah pendidikan  dibangun 32 sekolah menengah dan 1 perguruan tinggi. 

Jepang juga mengirim pemuda Jepang untuk belajar dan bersekolah di luar negeri. Sakuma Sozan merupakan tokoh yang berjasa dalam pembangunan Jepang. 

6. Bidang Sosial 
Perubahan sosial masyarakat Jepang terjadi pada masa pemerintahan Meiji. Masyarakat yang terbentuk pada zaman feodal sangat dirugikan, salah satunya adalah golongan samurai. Perubahan sosial etrsebut membuat sebagian besar dari mereka terabaikan pada awal pemerintahan Meiji. 

7. Bidang Hukum 
Dalam bidang hukum, ada beberapa hal yang menjadi sorotan yaitu :
a. Tenno menjadi kepala negara yang dianggap sebagai dewa abadi 
b. dihapuskannya sistem feodalisme 
c. para bangsawan (daimnyo-daimnyo) diubah kedudukannya menjadi pegawai negeri dan tanah- tanah yang mereka kuasai diserahkan kepada Tenno 
d. Pemerintah diatur dengan cara barat dengan adanya kabinet dan parlemen. 
e. Disahkannya UUD pada tanggal 11 Februari 1890 oleh Tenno. 

Kemudian disusun Dewan Perwakilan Rakyat yang terdiri atas dua bagian yaitu majelis tinggi dan majelis rendah. 
a. Majelis Tinggi anggotanya ditunjuk oleh Tenno seumur hidup
b. Majelis Rendah anggotanya dipilih oleh orang- orang yang membayar pajak tanah dalam jumlah tertentu. 

Formulir Kontak