Hari Pramuka diperingati setiap tanggal 14 Agustus tiap tahunnya dan biasanya berbagai kegiatan dilaksanakan menjelang hari Pramuka tersebut untuk memperingatinya.
Berkaca ke masa lalu, Pramuka di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang, dimulai dari zaman Hindia Belanda, masa kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan.
Nah, bagaimana sejarah Pramuka di Indonesia tersebut? Dan mengapa tanggal 14 Agustus dijadikan sebagai Hari Pramuka? Berikut ulasannya.
Para pemuda memiliki andil yang cukup besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia khususnya dalam perkembangan gerakan kepanduan di Indonesia. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, organisasi kepanduan di Indonesia diawali dengan adanya cabang Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912.
Masa Hindia Belanda
Beberapa organisasi kepanduan kemudian berdiri yang diprakarasi oleh bangsa Indonesia pada masa awal pergerakan diantaranya Javaansche Padvinders Organisatie yang didirikan oleh S.P. Mangkunegara VII, Padvinder Muhammadiyah, Nationale Padvinderij yang didirikan oleh Budi Utomo, Syarikat Islam Afdeling Pandu, dan Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Kemudian terbentuknya Persatuan Antara Pandu Indonesia (PAPI) menjadi titik awal bersatunya organisasi kepanduan di Indonesia. Organisasi tersebut menaungi Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928. PAPI sendiri kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938.
Pada tahun 1930 juga berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) sebagai gabungan dari gerakan kepanduan yang diprakarsai oleh beberapa tokoh diantaranya Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij).
Gerakan kepanduan Indonesia saling bermunculan pada periode 1928 hingga 1935. Berdirilah kepanduan berlandaskan kebangsaan seperti Pandu Indonesia (PI), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK), Padvinders Organisatie Pasundan (POP) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI) maupun gerakan- gerakan kepanduan berasaskan agama seperti Hizbul Wathan, Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Pandu Ansor, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Al Wathoni, Tri Darma dari agama Kristen, Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Dengan adanya gerakan- gerakan kepanduan yang berdiri, kemudian BPPKI merencanakan All Indonesian Jambore dengan tujuan menjaga persatuan dan kesatuan. Kegiatan yang kemudian digelar dengan nama Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem (PERKINDO) tersebut kemudian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 19 hingga 23 Juli 1941.
Masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, gerakan kepanduan dilarang keberadaannya. Pasalnya, gerakan tersebut dianggap membangkitkan persatuan dan kesatuan para pemuda di Indonesia.
Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, tepatnya sebulan setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dibentuklah Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai panitia untuk pembentukan suatu wadah organisasi kepanduan bagi seluruh bangsa Indonesia. Selanjutnya, panitia yang dibentuk mengadakan Kongres Kepanduan Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta pada tanggal 27 sampai 29 Desember 1945. Pada kongres tersebut terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia yang didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh. Pemerintah Republik Indonesia kemudian menetapkan organisasi kepanduan melalui keputusan Menteri Pendidikan, pengajaran dan Kebudayaan nomor No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Serangan Belanda pada tahun 1948 turut menghambat perkembangan dari gerakan Pandu. Pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1948, di halaman gedung Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta, terjadi insiden yaitu ancaman Belanda yang mengakibatkan gugurnya Soeprapto. Namun, pelarangan gerakan Pandu Rakyat tidak menyurutkan para pemuda yang mendorong berdirinya perkumpulan kepanduan lainnya seperti Kepanduan Indonesia Muda (KIM), Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI).
Masa Tahun 1950-an
Pandu Rakyat Indonesia kemudian menyelenggarakan Kongres keduanya pada tanggal 20 hingga 22 Januari 1950 di Yogyakarta. Pada kongres ini, disetujui adanya pemberian kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasi masing- masing. Selain itu juga ditegaskan bahwa Pandu Rakyat bukanlah satu- satunya organisasi kepanduan di Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951.
Pada konferensi di Jakarta yang dilaksanakan oleh wakil- wakil organisasi kepanduan tanggal 16 September 1951, berdirilah Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi. IPINDO merupakan federasi untuk organisasi kepanduan putera sementara untuk kepanduan puteri mencakup dua federasi yaitu Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO). Kemudian pada tahun 1953, IPINDO menjadi anggota kepanduan dunia.
Pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang kesepuluh, Jambore Nasional pun digelar oleh IPINDO. Bertempat di Pasar Minggu, Jakarta, kegiatan tersebut diselenggarakan pada tanggal 10 hingga 20 Agustus 1955.
Lahirnya Gerakan Pramuka
Kelahiran gerakan Pramuka di awali dengan bertemunya tokoh- tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia di istana negara atas undangan Presiden sebagai mandataris MPR pada tanggal 9 Maret 1961. Dalam pertemuan yang diadakan, diputuskanlah hal- hal berkaitan dengan pembaruan gerakan kepanduan, termasuk metode dan aktivitas, dan peleburan seluruh organisasi gerakan kepanduan menjadi satu wadah yaitu Pramuka.
Sebagai panitia yang mengemban tugas tersebut, ditunjuklah tokoh- tokoh yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono, Prof. Prijono sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan, Dr. A Azis Saleh yang menjabat menteri pertanian dan Achmadi yang menjabat sebagai menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa. Penunjukan tersebut disahkan dalam Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961 tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka.
Namun, masih pada bulan yang sama, Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 tahun 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang menambahkan Martono sebagai menteri sosial dalam susunan panitia gerakan Pramuka yang telah disebutkan pada keputusan Presiden nomor 112 tahun 1961.
Lahirnya Hari Pramuka
Ada beberapa peristiwa penting yang mengiringi lahirnya Hari Pramuka tanggal 14 Agustus diantaranya sebagai berikut :
- Hari Tunas Gerakan Pramuka yang merupakan pidato Presiden di hadapan tokoh dan pimpinan organisasi kepanduan tanggal 9 Maret 1961.
- Hari Permulaan Tahun Kerja, yaitu ditetapkannya tanggal 20 Mei sebagai tonggak kerja untuk pendidikan di lingkungan ketiga. Hal ini merujuk pada terbitnya Kepres Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka sebagai satu- satunya organisasi kepanduan untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia dan pengesahan Anggaran Dasar (AD)Gerakan Pramuka.
- Hari Ikrar Gerakan Pramuka, yang merupakan pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia untuk melebur dalam organisasi Gerakan Pramuka, di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961.
- Pelantikan Pengurus Pramuka yang terdiri atas Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, disertai penganugerahan Panji- Panji Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961. Selain itu juga diselenggarakan defile Pramuka sebagai pengenalan secara resmi Gerakan Pramuka kepada masyarakat Indonesia. Peristiwa terakhir inilah yang membuat tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka.
Itulah Sejarah lahirnya Hari Pramuka yang selalu diperingati tanggal 14 Agustus. Semoga dengan Pramuka yang tercermin dalam nilai- nilai di dalamnya, dapat menambah semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Semoga Bermanfaat.
Sumber : https://pramukarek.or.id/