Ahzaa.Net: Perang Tondano I
Sejarah Perang Tondano I: Latar Belakang, Jalannya Perang dan Akhir Perang

Sejarah Perang Tondano I: Latar Belakang, Jalannya Perang dan Akhir Perang

Perang Tondano merupakan salah satu bentuk perjuangan dan perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda sebelum masa kebangkitan nasional. 

Perang Tondano terjadi pada awal abad XIX antara masyarakat Minahasa yang berada di Sulawesi Utara melawan pemerintah kolonial Belanda. Perang Tondano berlangsung dalam dua tahap yaitu perang Tondano I yang terjadi pada tahun 1808 dan Perang Tondano II yang pecah pada tahun 1809. 

Gambar oleh Kranich17 dari Pixabay

Nah, pada post ini, kita akan membahas seputar perang Tondano I, latar belakang, kapan terjadi, jalannya perang dan akhir dari perang Tondano I. 

Latar Belakang Perang Tondano I
Perang Tondano I melibatkan masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara dan VOC Belanda pada tahun 1808. Orang- orang Spanyol merupakan bangsa yang lebih dahulu datang sebelum bangsa barat lainnya mendarat di Sulawesi Utara. Mereka datang dengan maksud berdagang dan juga menyebarkan ajaran agama Kristen. Tokoh penyebar agama Kristen yang terkenal di Minahasa pada masa itu adalah Fransiscus Xaverius.

Dalam perkembangannya, hubungan dagang antara masyarakat Minahasa dengan Spanyol berkembang dengan baik. Hingga keadaan tersebut mulai terganggu ketika para pedagang VOC masuk ke tanah Minahasa. 

VOC yang sebelumnya telah menanamkan pengaruhnya di Ternate kemudian bermaksud ingin melepaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Tokoh VOC yang ditugaskan untuk melakukan hal tersebut adalah Gubernur Terante Simon Cos. 

Langkah yang ditempuh Simon Cos untuk memisahkan Minahasa dengan Spanyol adalah dengan mengawasi pantai Timur Minahasa dengan menempatkan kapalnya di Selat Lembeh. Perdagangan masyarakat Minahasa dan Spanyol pun mulai terusik, hingga akhirnya Spanyol harus meninggalkan Indonesia menuju Filipina.  

Sepeninggal Spanyol, VOC mulai memaksa masyarakat Minahasa untuk menjual hasil panen khususnya beras kepada mereka. Pasalnya, VOC pada masa itu memiliki kepentingan untuk memonopoli perdagangan beras di wilayah Sulawesi Utara. 

Jalannya Perang Tondano I
VOC juga memerangi masyarakat Minahasa yang menentang kebijakan yang merugikan tersebut. Untuk memerangi masyarakat Minahasa, VOC membendung Sungai Temberan sehingga alirannya meluap dan menggenangi masyarakat, termasuk para pejuang Minahasa. Masyarakat Minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya ke rumah- rumah apung di Danau Tondano. 

VOC pun tidak menyurutkan niatnya untuk memerangi masyarakat Minahasa. Mereka mengepung masyarakat Minahasa di Dabau Tondano sembari memberikan ultimatum. 

Ultimatum VOC kepada Masyarakat Tondano 
Isi dari ultimatum yang dikeluarkan VOC kepada masyarakat Minahasa adalah sebagai berikut :

  1. Masyarakat Tondano harus menyerahkan tokoh yang menentang VOC 
  2. Masyarakat Tondano harus membayar ganti rugi senilai 50 sampai 60 budak atas rusaknya tanaman padi akibat genangan air Sungai Temberan.

VOC merasa kesal karena ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh masyarakat Tondano dan pasukan VOC kemudian ditarik kembali ke Manado. Hasil pertanian yang menumpuk membuat masyarakat Tondano menghadapi masalah yang baru. 

Masyarakat Tondano dengan terpaksa mendekati VOC untuk membeli hasil pertaniannya. Hubungan dagang antara VOC dan masyarakat Tondano pun terjalin. Dan itulah akhir dari perang Tondano I. 

Semoga Bermanfaat yaa...

Salam. 
 Mengenal Perang Tondano : Latar Belakang, Proses Jalannya Perang dan Akhir Perang

Mengenal Perang Tondano : Latar Belakang, Proses Jalannya Perang dan Akhir Perang

Perang Tondano terjadi antara 1808-1809 yang melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad ke-19. Perang Tondano ini terjadi sebagai akibat dari penerapan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa, terutama dalam usaha pelatihan para pemuda untuk menjadi tentara.

Perang Tondano berlangsung dalam dua tahap yaitu perang Tondano I dan perang Tondano II. 

Perang Tondano I 
Sebelum VOC datang ke tanah Minahasa, Sulawesi Utara, bangsa barat yang telah sampai lebih dahulu adalah orang Spanyol. Selain melakukan perdagangan, orang Spanyol juga menyebarkan agama. Adapun tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama kristen di Minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang Spanyol dengan orang- orang Minahasa berlangsung dengan baik sebelum kehadiran VOC yang mengganggu hubungan tersebut. VOC yang telah menanamkan pengaruh di Ternate kemudian mengutus Gubernur Ternate Simon Cs untuk membebaskan Minahasa dari Spanyol. Simon Cs lantas menempatkan kapalnya di selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa. Akhirnya para pedagang Spanyol menyingkir dan meninggalkan Indonesia ke Filipina. 

Image by Jacek Kijewski from Pixabay 

VOC mulai menerapkan monopoli dagangnya yaitu dengan mewajibkan orang- orang Minahasa menjual beras kepadanya. Orang- orang Minahasa tidak menyetujui usaha tersebut dan menentang VOC. VOC juga membalas dengan memerangi orang- orang Minahasa. VOC lalu membendung sungai temberan yang akibatnya meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan pejuang. Para penduduk kemudian membuat rumah- rumah apung di tepi danau Tondano. 

Ultimatum  VOC
Simon Cos memberikan ultimatum sembari mengepung orang- orang Minahasa yang isinya mencakup perintah untuk menyerahkan tokoh pemberontak kepada VOC dan kewajiban membayar ganti rugi rusaknya tanaman padi dengan 50 - 60 budak. 

Ultimatum VOC dianggap angin lalu oleh rakyat Minahasa dan akhirnya VOC ditarik mundur ke Manado. 

Akhir Perang Tondano I
Sepeninggal VOC, rakyat Tondano menghadapi masalah dengan pembelian hasil pertanian yang menumpuk. Mereka lantas mendekati VOC agar mau membeli hasil pertaniannya. Dengan permohonan kerjasama itulah, terbuka pintu bagi VOC  memasuki tanah Minahasa dan berakhirlah Perang Tondano I. 

Perang Tondano II
Perang Tondano II terjadi berselang kurang lebih satu tahun kemudian dari perang Tondano I. Perang Tondano II terjadi pada tahun 1809 di masa pemerintahan kolonial Belanda.

Latar Belakang Perang Tondano II
Perang Tondano II dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Deandels dalam perekrutan pasukan dari kalangan pribumi dalam jumlah yang besar yang akan digunakan untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Perekrutan dilakukan kepada beberapa suku yang terkenal akan keberaniannya seperti Madura, Dayak dan Minahasa. 

Deandels memerintahkan Kapten Hartingh sebagai Residen Manado Prediger untuk mengumpulkan pemimpin wilayah (ukung). 

Jumlah pasukan yang akan direkrut untuk diterjunkan ke Jawa direncanakan berjumlah 2000 orang Minahasa. Pada umumnya, orang Minahasa tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Para ukung pun meninggalkan rumah dan mulai melawan para tentara kolonial.

Aktivitas dipusatkan di Tondano, Minawanua. Ukung Lunto, sebagai salah satu pemimpin perlawanan, menyatakan bahwa rakyat Minahasa harus melakukan perlawanan untuk menolak kebijakan pengiriman pemuda sebagai pasukan dan menolak pengiriman beras secara cuma- cuma kepada Belanda.

Residen Prediger kembali mengirimkan pasukan untuk menyerang pertahanan orang- orang MInahasa di Tondano. Strategi yang sama pun diterapkan seperti pada perang Tondano I yaitu membendung sungai Temberan. Selain itu pasukan tanggung juga dibentuk dan dipersiapkan untuk pertempuran. 

Ada dua pasukan tangguh Belanda yang ditugaskan, satu menyerang dari danau Tondano dan lainnya menyerang Minawanua dari darat. Pertempuran mulai berkobar sejak tanggal 23 Oktober 1808. Pasukan Belanda di danau Tondano berhasil menerobos pertahanan orang- orang Minahasa namun mereka masih tetap gigih mempertahankan wilayahnya. Sampai keesokan harinya, 23 Oktober 1808 pasukan Belanda sudah menyerang kampung pertahanan Minawanua dan menganggap sudah tidak ada lagi yang tersisa. 

Saat mengendorkan kekuatan serangannya, Belanda dikejutkan dengan serangan orang- orang Minahasa dan tak pelak lagi jatuh sehingga pasukan pun akhirnya ditarik mundur. 

Akhir Perang Tondano II
Perang Tondano II berlangsung dalam waktu yang cukup lama bahkan hampir setahun dari mulai dikobarkannya serangan perang dan akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankannya. 

Perang Tondano I dan II menjukkan semangat luar biasa rakyat Minahasa melawan penjajah. Setuju yaa? 

Formulir Kontak