Ahzaa.Net: Materi Sejarah
Mengenal Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara: Kutai Kartanegara, Prasasti, Keadaan Masyarakat dan Kehidupan Politik

Mengenal Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara: Kutai Kartanegara, Prasasti, Keadaan Masyarakat dan Kehidupan Politik

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Kutai, Kalimantan Timur. Berdasarkan sumber sejarah, terkait dengan kerajaan Kutai ini, ada tujuh buah prasasti yang ditemukan Prasasti tersebut berbentuk yupa (tugu batu) untuk upacara keagamaan dan merupakan lambang kebesaran raja. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash


Prasasti- prasasti yang ditemukan ditulis menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Salah satu dari prasasti tersebut yaitu prasasti Muarakaman, menyebutkan raja Mulawarman, anak dari Aswawarman, dan cucu dari Kundungga. 

Sumber : Meursault2004
Yupa Kerajaan Kutai
Sumber : Wikimedia.org


Isi Prasasti Muarakaman
Prasasti Muarakaman berisikan silsilah, agama dan kepercayaan yang dianut. Berikut isi lengkapnya,

Sang Maharaja Kundungga yang amat mulia mempunyai putera yang masyhur, bernama Sang Aswawarman yang seperti Sang Ansuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. 

Sang Aswawarman mempunyai tiga orang putera. Yang terkemuka dari ketiga orang puteranya itu adalah Sang Mulawarman : Raja yang berperangai baik, kuat dan kuasa.

Sang Mulawarman telah mengadakan selamatan secara besar- besaran. Untuk selamatan tersbeut tugu batu didirikan oleh para Brahmana.

Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka telah memberi 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api (bertempat) di dalam tanah yang suci (bernama) Waprakeswara untuk peringatan akan kebaikan budi Sang Raja itu. Tugu ini dibuat oleh para Brahmana yang datang dari tempat ini. 

Berdasarkan isi dari prasasti di atas, dapat disimpulkan bahwa 
  1. Terdapat tiga angkatan dalam keluarga raja- raja Kutai, mulai dari Kudungga yang memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman kemudian mempunyai tiga putra, yang salah satunya menjadi raja terkenal yaitu Mulawarman. 
  2. Kundungga bukanlah pendiri wangsa namun Aswawarman yang mendirikannya. Menurut para hali, nama Kundungga berasal dari penghuni setempat sedangkan nama Aswawarman berasal dari India. 
  3. Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah Hindu Syiwa yang dibuktikan dengan disebutkannya tempat suci bernama Waprakeswara. Waprakeswara senama dengan kata Baprakeswara di pulau Jawa yang dikaitkan dengan nama tempat suci untuk dewa Trimurti (Brahma, Wishnu, dan Shiwa). 


Dengan demikian, diketahui bahwa sejak abad ke-5 telah terjadi akulturasi kebudayaan India dan Indonesia, terutama di kalangan istana. Sementara itu di kalangan rakyat biasa, masih mempertahankan unsur- unsur asli dan kepercayaan warisan nenek moyangnya. 

Pada masa itu, kemungkinan masyarakat Kutai sebagian besar hidup dari pertanian, peternakan dan perdagangan. Hal ini hanya masih menjadi dugaan. Pasalnya, belum ada satu pun bukti berupa prasasti yang secara detail menjelaskan keadaan masyarakat Kutai pada masa tersebut. 

Kehidupan Politik dan Pemerintahan 
Kehidupan politik dan pemerintahan di Kerajaan Kutai berjalan dengan baik berdasarkan prasasti - prasasti yang ditemukan. Hal tersebut disiratkan dalam prasasti yang berbunyi, Mulawarman adalah raja yang berperangai baik, kuat dan kuasa."

Selain itu, disebutkan bahwa raja telah menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada golongan Brahmana sehubungan dengan upacara yang diadakan. Pemberian itu menandakan adanya hubungan yang baik antara raja dengan rakyatnya, maupun antara raja dengan golongan Brahmana. 

Pembangunan tempat- tempat suci-pun dilakukan secara gotong royong sebagai kegiatan sosial yang tinggi. Adapun pemberian 20.000 ekor sapi menunjukkan bahwa perekonomian Kerajaan Kutai sangat kuat. 

Begitu pula dari isi prasasti - prasasti tersebut juga menunjukkan bahwa rakyat Kutai hidup dengan aman dan tenteram di bawah naungan raja yang arif dan bijaksana.

Demikian tentang kerajaan Kutai Kartanegara sebagai kerajaan Hindu tertua di nusantara. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk semuanya. 

Salam. 
Materi Sejarah : Akulturasi Budaya Indonesia dengan Budaya Islam, Apa Saja Perwujudannya?

Materi Sejarah : Akulturasi Budaya Indonesia dengan Budaya Islam, Apa Saja Perwujudannya?

Masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam telah membawa banyak perubahan terhadap corak kehidupan dan budaya masyarakat Indonesia. Kebudayaan sebelumnya (pra-Islam) yang sudah ada di Indonesia sebelum Islam masuk dan berkembang tidak hilang, namun malahan diperkaya oleh kebudayaan Islam yang membuat budaya semakin beraneka ragam. 

Unsur- unsur budaya nusantara, pengaruh budaya Hindu-Buddha, dan kebudayaan Islam hingga saat ini masih ada dan menjadi satu, yaitu budaya masyarakat Indonesia dan masih tetap akan dipertahankan. 

Sampai saat ini, perwujudan akulturasi kebudayaan antara budaya asli Nusantaara, Hindu - Buddha, dan kebudayaan Islam dapat dilihat di berbagai aspek kehidupan seperti seni bangunan, seni rupa, seni sastra, aksara dan lain- lain. 

Seni Bangunan 
Akulturasi dalam seni bangunan terlihat jelas dari bentuk bangunan masjid, kraton dan makam. Masjid- masjid kuno di Indonesia apabila ditinjau dari arsitekturnya memiliki ciri khas yang berbeda dari masjid- masjid di negara lain. 

Sumber : Dinas Pariwisata Demak


Beberapa ciri dari masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Memiliki atap yang berundak (tumpang) yang merupakan prototipe seni bangunan pada zaman sebelum pengaruh Hindu- Buddha yaitu punden berundak 
  2. Tumpang memiliki jumlah yang ganjil seeprti tiga dan lima tumpang 
  3. Masjid memiliki menara yaitu tempat muazin menyerukan azan sebagai tanda waktu shalat
  4. Letak masjid yang dekat dengan istana raja atau sultan. Selain istana raja, masjid juga dibangun di dekat keramaian masyarakat seperti alun- alun. Hal ini memberikan pemahaman bahwa masjid adalah tempat bertemunya raja dengan rakyatnya untuk bersama- sama menunaikan kewajiban agama di bawah kepemimpinan seorang imam. 
  5. Beberapa masjid khususnya di halamannya digunakan sebagai tempat pemakaman orang- orang tertentu yang dianggap kramat dengan dibuatkan rumah tersendiri yang disebut cungkup. Diantara masjid dan makam tersebut dihubungkan dengan gapura. Gapura yang dibangun ada yang berbentuk kori agung yaitu beratap dan berpintu namun ada juga yang berbentuk candi bentar yang tanpa atap dan pintu. 

Unsur- unsur zaman madya, unsur asing dan unsur daerah juga memberikan corak pada bagian- bagian masjid. Hal itu dapat dilihat pada masjid berbentuk rumah gadang di Minangkabau yang atapnya tumpang tindih. 

sumber gambar : https://id.wikipedia.org/


Selain itu, ada pula masjid yang bangunannya memiliki pengaruh Inggris seperti di daerah Sumenep, Madura dan Masjid Agung di Palembang yang mendapatkan pengaruh kebudayaan China serta Masjid Kebon Jeruk yang memperlihatkan corak bangunan Belanda. 

Selain masjid, bangunan makam juga mengandung unsur- unsur asli budaya Indonesia. Ketika seseorang meninggal dalam Islam, kuburan tempat ia dimakamkan diabadikan dan diperkuat dengan batu. Bangunan itu disebut kijing atau jirat. Tidak berbeda dengan candi, makam dianggap sebagai tempat peristirahatan yang terakhir dan abadi sehingga diusahakan kuburan menjadi tempat tinggal yang sesuai bagi orang yang dikubur disitu. Makam orang- orang yang berpengaruh seperti sultan atau raja, dibangun seperti layaknya istana.

Beberapa tipe nisan Aceh di kompleks makam kuno Leubok Tuwe
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/


Makam - makam di Indonesia banyak dikunjungi oleh orang, terutama pada makam orang - orang tertentu yang dianggap kramat. Kunjungan ke makam disebut ziarah. Ziarah sebenarnya sama dengan kebiasaan lama, yaitu mengunjungi candi atau tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pemujaan itu lebih ditujukan kepada seseorang yang dianggap memiliki kelebihan daripada manusia lainnya, seperti raja, para wali, atau pemuka agama yang terkenal. Kunjungan ke makam- makam keramat dilakukan dengan membakar kemenyan, menabur bunga, merupakan kelanjutan dari kebiasaan - kebiasaan lama yakni pemiujaan terhadap arwah nenekmmoyang di candi- candi. 

Seni Rupa 
Di dalam agama Islam, terdapat larangan untuk melukis sesuatu makhluk hidup, terutama manusia. Oleh karena itu, seni rupa dan seni patung pada zaman permulaan  masuknya Islam mengalami banyak kemunduran. 

Namun dalam perkembangan selanjutnya, muncul seni lukis dengan gambar binatang yang disamarkan. Dengan demikian. pada zaman madya yang berkembang adalah seni lukis dan seni ukir, sementara seni pahat terus mengalami kemunduran. 

Dalam hal seni hias, pola- pola yang dibuat meniru zaman kuno, seperti daun- daunan, kembang, bukit- bukit karang, pemandangan, garis- garis geometri, kepala kijang, ular naga dan sebagainya. 

Ukiran- ukiran juga nampak di bangunan seperti masjid, nisan, gapura, dan dinding- dinding masjid dengan pola huruf arab dan pola sebelum Islam. 

Aksara dan Seni Sastra
Huruf arab dan bahasa arab berkembang setelah masuknya Islam di Indonesia. Banyak sastra yang disadur atau diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana merupakan hasil dari saduran sastra. Hikayat Perang Pandhawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Sri Rama dan Hikayat Pancatanderan merupakan contoh judul saduran dari gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana. 

Di daerah Melayu juga dikenal syair Ken Tambuhan, Syair Panji Semirang, Hikayat Panji Kuda Semirang, cerita wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Istilah hikayat menunjukkan pengaruh Islam karena sebelumnya istilah tersebut tidak dikenal. 

Seni sastra yang mencerminkan Islam adalah suluk, yaitu kitab- kitab yang menjelaskan tentang tasawuf. Beberapa contoh kitab tasawuf adalah Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang. 

Suluk Sukarsa menceritakan tentang seseorang yang bernama Sukarsa yang mencari ilmu untuk kesempurnaan hidupnya. Suluk Wujil berisikan wejangan - wejangan dari Sunan Bonang kepada Wujil yaitu seorang kerdil bekas abdi kerajaan Majapahit. Suluk Malang Sumirang berisikan pengagungan orang yang telah mencapai kesempurnaan dan berhasil bersatu dengan Tuhan yang berarti ia telah terlepas dari ikatan- ikatan syariah. 
Materi Sejarah : Penyebaran Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia, Jalur Apa Saja yang Ditempuh?

Materi Sejarah : Penyebaran Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia, Jalur Apa Saja yang Ditempuh?

 Agama dan kebudayaan Islam tersebar di bumi nusantara melalui beberapa jalur. Jalur perdagangan, jalur dakwah dan pendidikan, perkawinan, maupun melalui sarana kesenian. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash


a. Jalur Perdagangan 
Penyebaran agama dan kebudayaan Islam melalui perdagangan dilakukan oleh para pedagang Islam yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat. Mereka biasanya tinggal sementara di pusat perdagangan sambil menunggu angin musim yang baik untuk berlayar kembali ke negaranya. 


Kesempatan tersebut dimanfaatkan mereka untuk bertransaksi sekaligus memperkenalkan agama dan budaya Islam kepada penduduk pribumi nusantara. 

b. Jalur Dakwah dan Pendidikan 
Islam mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan pendakwah. Para mubalig dan guru - guru agama Islam mempunyai tugas untuk menyiarkan agama Islam. 

Salah satu cara mereka dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mendirikan pesantren - pesantren untuk mencetak kader agama Islam. 

Di pulau Jawa, misalnya, penyiaran agama Islam dilakukan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan "Wali Sanga" atau sembilan wali. Berikut para wali yang termasuk dalam Walo Sanga tersebut, 

  1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat dari Ampel Denta, Surabaya
  2. Sunan Bonang atau Mahdum Ibrahim putra dari Raden Rahmat, dari Bonang, Tuban 
  3. Sunan Kalijaga atau Jaka Sayid putra seorang tumenggung Majapahit dari Kadilangu Demak 
  4. Sunan Giri putra Maulana Ishak 
  5. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah yang menikah dengan Rara Santang atau Syarifah Modarin putri Prabu Siliwangi 
  6. Sunan Drajat atau Syamsudin putra Raden rahmat atau Sunan Ampel yang tinggal di Drajat Sedayu
  7. Sunan Maulana Magribi atau Malik Ibrahim yang berasal dari  Persia dan berkedudukan di Gresik 
  8. Sunan Kudus dari Kudus 
  9. Sunan Muria dari Jepara 

c. Jalur Perkawinan 
Semakin berkembangnya perdagangan, maka semakin banyak pedagang yang menetap di wilayah nusantara untuk sementara waktu bahkan dalam kurun waktu yang lama. 

Daerah - daerah mereka sering disebut sebagai pekayon. Banyak diantara pedagang Islam yang kemudian menikah dengan penduduk pribumi. Jika wanita yang dinikahi berasal dari lingkup bangsawan, maka akan berpengaruh besar dalam proses Islamisasi terhadap masyarakat. 

d. Jalur Kesenian 
Penyebaran Islam melalui jalur kesenian juga dinilai sangat efektif. Penyebaran melalui jalur tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pada waktu itu, kebudayaan Hindu masih sangat kuat yang menyebabkan para mubalig menempuh cara dengan memanfaatkan kesenian Hindu sebagai sarana menyiarkan agama Islam. Berbagai kesenian seperti wayang kulit, gamelan, lagu anak- anak merupakan sarana- sarana syiar agama Islam melalui jalur kesenian. 

Itulah beberapa jalur penyebaran agama dan kebudayaan Islam dalam proses Islamisasi di nusantara sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga saat ini dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Semoga pembahasan di atas bermanfaat buat teman- teman yang sedang mempelajari tentang penyebaran agama Islam di nusantara. 

Salam. 


Materi Sejarah : Mengenal Masa Perundagian Prasejarah, Benda- Benda dan Peralatan yang Dihasilkan

Materi Sejarah : Mengenal Masa Perundagian Prasejarah, Benda- Benda dan Peralatan yang Dihasilkan

Hasil kebudayaan masa perundagian berupa alat- alat yang terbuat dari perunggu. Alat- alat tersebut dihasilkan dengan menggunakan teknik yang dinamakan a cire perdue dan teknik bivolve

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Teknik a Cire Perdue
Teknik a cire perdue merupakan suatu teknik pembuatan alat- alat dengan membuat model benda dari lilin, lengkap dengan semua bagian- bagiannya. Kemudian model ini dibungkus dengan tanah liat basah, lalu dijemur hingga kering. 

Setelah kering, tanah liat dibakar dan lilin akan mencair serta keluar dari lubang yang dibuat sebelumnya. Dengan demikian, terbentuklah benda tanah liat yang berongga. 

Nah, ke dalam rongga tersebut, dituangkanlah cairan perunggu dan ditunggu hingga dingin. Saat dingin, cetakan tanah liat tersebut akan dipecah untuk diambil benda perunggu yang sudah jadi. 

Pembuatan alat- alat dengan metode ini membutuhkan waktu dan bahan. Teknik a cire perdue biasanya digunakan untuk membuat benda- benda perunggu yang ukurannya kecil seperti arca, perhiasan, dan sebagainya. 

Teknik Bivolve 
Teknik bivolve pada prinsipnya membuat benda- benda dengan menggunakan cetakan batu yang dapat dimanfaatkan berulang kali. Cetakan batu terdiri atas dua bagian atau lebih yang kemudian diikat menjadi satu. Dalam rongga cetakan batu tersebut selanjutnya dituangkan cairan perunggu. 

Setelah cairan menjadi dingin dan mengeras, ikatan batu dilepas untuk diambil bendanya. Teknik bivolve ini dimanfaatkan untuk membuat benda- benda yang ukurannya lebih besar seperti nekara, patung, dan sebagainya. 

Benda- Benda pada Masa Perundagian 

Nekara Perunggu 
Nekara merupakan suatu alat tabuh untuk bunyi- bunyian yang digunakan pada upacara-upacara keagamaan. Ukuran nekara ada yang besar dan kecil. Nekara banyak ditemukan di wilayah Indonesia timur, seperti Papua, Selayar, Maluku, Nusa Tenggara dan Bali. 

Nekara dari Perunggu (campuran tembaga, timah hitam dan timah putih)  yang ditemukan di Desa Ngabenrejo, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan dengan Ukuran : Diameter 63 cm, tinggi 40 cm
sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/


Nekara yang ditemukan di Pajeng, Bali, memiliki tinggi 198 cm dengan garis tengah 160 cm. Benda tersebut dianggap suci dan keramat dan disimpan di dalam Pura Penataranisasi, Gianyar. 

Di Nusa Tenggara, tepatnya pulau Alor, juga ditemukan benda yang menyerupai nekara, namun ukurannya kecil. Masyarakat setempat menyebutnya moko yang juga dianggap sebagai benda suci atau keramat. 

Kapak Perunggu 


Kapak perunggu merupakan salah satu peninggalan zaman perundagian. Kapak perunggu memiliki bentuk yang bermacam- macam, seperti pahat, jantung, dan tembilang. Jenis kapak perunggu disebut sebagai seoatu atau kapak corong. Disebut demikian karena pada bagian atas kapak corong berbentuk corong dan ke dalam corong itulah dimasukkan tangkai kayu yang menyiku pada bidang kapak. 

Kapak perunggu banyak ditemukan di daerah Sumatra selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Selayar, dan Papua. 

Kapak perunggu lainnya adalah Candrasa, yang memiliki bentuk yang sangat indah dan satu sisinya panjang. Kapal ini ditemukan di Yogyakarta. Kapak Candrasa digunakan untuk kepentingan upacara dan tanda kebesaran, sementara kapak lainnya hanya digunakan untuk keperluans ehari- hari. 

Perhiasan Perunggu 
Perhiasan perunggu banyak ditemukan di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sumatra. Hasil karya ini membuktikan bahwa masa perundagian menjadi masa yang maju. 

Manik- Manik 
Manik- manik sebagai hiasan terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Pada umumnya, manik- manik ditemukan dalam kubur di berbagai daerah. Para ahli memperkirakan bahwa manik- manik tidak hanya digunakan sebagai perhiasan selama hidup, namun juga digunakan sebagai bekal hidup setelah orang yang bersangkutan meninggal dunia. 

Bejana Perunggu 
Bejana perunggu merupakan benda yang berbentuk bulat panjang atau menyerupai gitar tanpa tangkai. Ada dua bejana perunggu yang ditemukan di Indonesia, yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu yang ditemukan di Sumatra panjangnya 50,8 cm dan lebarnya 37 cm sementara bejana perunggu yang ditemukan di Madura, memiliki panjang 90 cm dan lebar 54 cm. 

Arca- Arca Perunggu 
Arca- arca perunggu membuktikan bahwa pada masa perundagian sudah mengenal alat- alat perhiasan. Beberapa benda perhiasan terdiri atas gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung dan bandul kalung. 

Benda- benda dari besi 
Benda- benda dari besi yang ditemukan wujudnya berypa mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul, dan tongkat yang ujungnya berbentuk kepala manusia. Daerah penemuannya antara lain gunung kidul, bogor dan jawa timur. 

Nah, itulah tentang masa perundagian prasejarah, benda- benda dan peralatan yang dihasilkan. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk belajar teman- teman. Kami masih akan membahas materi- materi menarik lain untuk membantu teman- teman dalam belajar. Tetap di AhzaaNet yaa belajarnya...

Salam. 
Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Masa berburu dan mengumpulkan bahan makanan telah berakhir dan berganti dengan masa bercocok tanam di akhir zaman mesolitikhum. Pada masa bercocok tanam, manusia mulai mengenal bagaimana menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing). Masa ini menggantikan kebiasaan berburu dan mengumpulkan makanan di era sebelumnya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Cara Bercocok Tanam 
Cara bercocok tanam yang pertama kali dilakukan adalah dengan cara berhuma, yaitu menebangi hutan, kemudian menanami dengan jenis padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Sistem berhuma ini membuat masyarakat mendiami daerah dengan jangka yang agak lama. 

Pada masa inilah mulai berkembang perkampungan- perkampungan dan kemudian terbentuk kesatuan- kesatuan suku, marga yang masing- masing dipimpin oleh kepala suku yang dipilih berdasarkan prinsip primus inter pares. Prinsip primus inter pares diartikan sebagai yang pertama di antara yang setara. 

Kehidupan masyarakat makin teratur dan mulai terbentuk kerja sama dan gotong royong dari para anggotanya. Pembagian kerja mulai jelas dan meluas sehingga terbentuk kelompok masyarakat dengan keahlian masing- masing. 

Masyarakat selain bercocok tanam di sawah juga sudah mengenal cara- cara mengawetkan makanan. Mereka seringkali memberikan garam atau ramuan tertentu pada daging dan ikan segar agar dapat bertahan lebih lama. 

Kegiatan perekonomian 
Kegiatan perekonomian semakin kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan pertanian, perdagangan, dan pelayaran yang semakin maju. Pola kehidupan masyarakat pun semakin beragam dan makmur. 

Peninggalan Budaya Berupa Alat
Kemakmuran masyarakat prasejarah pada masa bercocok tanam dapat dibuktikan dengan beberapa peninggalan budaya yang bermacam- macam. Beberapa peninggalan budaya yang pernah diciptakan adalah kapak persegi, beliung, kapak lonjong, gerabah dan bajak. Alat- alat tersebut sudah terbuat dari logam. 

Peninggalan Bangunan
Selain peninggalan budaya berupa alat- alat di atas, terdapat pula peninggalan berupa bangunan. Hal ini memberikan bukti bahwa masa bercocok tanam mulai mengenal tradisi megalitikum atau bangunan- bangunan yang dibuat  dengan batu besar atau utuh (megalith).

Bangunan megalitikum dibuat untuk menghormati arwah nenek moyang. Beberapa bangunan megalitikum yang dapat ditemukan adalah seperti menhir, sarkofagus, dolmen, peti kubur batu, punden berundak, waruga dan arca. 

a. Menhir 
Menhir merupakan sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara mengjormati roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatra selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

b. Sarkofagus 
Sarkofagus merupakan peti mayat yang banyak ditemukan di Bali. 

c. Dolmen
Dolmen adalah peti mayat yang berfungsi sebagai peti mayat maupun sebagai  meja sesaji. Dolmen dapat dianggap sebagai sarana pemujaan. Dolmen ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur. 

d. Peti Kubur Batu
Peti kubur batu merupakan peti mayat, hanya bentuknya berbeda dengan Dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan sarkofagus  dibuat dengan batu utuh, sedangkan peti kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menyerupai peti. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. 

e. Punden Berundak- undak 
Punden berundak undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara berundak- undakan atau bertingkat. Punden berundak- undak ditemukan di daerah Lebak, Banten Selatan. 

 f. Waruga 
Waruga adalah peti kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi tengah dan Sulawesi Utara. 

g. Arca 
Arca terbuat dari batu utuh, yang ada menyerupai hewan atau manusia. Arca banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 
Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Kehidupan masyarakat prasejarah di nusantara dibagi menjadi dua tahapan yaitu zaman dimana kehidupan masyarakat menggantungkan hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan kemudian dilanjutkan dengan masa yang lebih maju dimana masyarakat mulai  bercocok tanam dalam mempertahankan hidupnya. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash

Nah, pada pembahasan materi sejarah kali ini, kita akan belajar tentang kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan di masa prasejarah. 

Masyarakat prasejarah di nusantara pada mulanya hidup dengan bebruru dan mengumpulkan makanan (food gathering). Hal tersebut disebabkan keadaan lingkungan dan fisik manusia prasejarah yang belum sesempurna manusia sekarang. Manusia pada masa itu sangat sederhana sekali cara berpikirnya dan belum dapat berkomunikasi layaknya manusia di masa sekarang. 

Pertumbuhan Penduduk Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tantangan alam berupa iklim, gempa bumi, banjir berpengaruh terhadap jumlah mereka yang terbatas. Angka kematian sangat tinggi yang tidak diimbangi oleh angka kelahiran menyebabkan laju pertumbuhan penduduk berjalan lambat.

Alam menjadi tumpuan kehidupan masyarakat prasejarah di masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memperoleh makanan langsung dari alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Hidup mereka mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden). 

Tempat Tinggal Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Mereka mencari daerah yang aman dari terpaan hujan, terik matahari dan hawa yang dingin namun tidak terlalu jauh dari sumber air seperti sungai, danau, dan sumber lainnya. Mereka juga tinggal di gua- gua sebagai tempat tinggal sementara. Gua- gua yang dipilih biasanya terletak di lereng- lereng bukit yang terjal. Mereka menggunakan tangga yang dapat ditarik ke dalam gua apabila ada bahaya yang mengancam. 

Dalam berburu dan mengumpulkan makanan, mereka menggunakan alat yang terbuat tulang, batu, tanduk dan kayu. Adapun peralatan yang dipakai seperti kapak genggam, tombak, panah, dan alat- alat serpih. Alat- alat yang digunakan masih berbentuk kasar dan tidak diasah. Selain alat- alat, mereka juga mengenal perhiasan yang terbuat dari batu dan kerang seperti anting, kalung dan gelang. 

Komunikasi Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masyarakat prasejarah belum mengenal bahasa, dan untuk berkomunikasi antarsesama, mereka menggunakan bahasa isyarat yang berupa teriakan atau pekikan yang disertai dengan gerakan- gerakan tangan. Hal inilah yang membuat perkembangan budaya masyarakat sangat lambat.

Sebagai alat transportasi, mereka membuat rakit dan sampan dari bambu untuk menyusuri tepi sungai dan pantai. 

Budaya Rohani Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah mengenal budaya rohani yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan lukisan telapak tangan dan babi rusa yang pada bagian jantungnya tertancap panah pada dinding- dinding gua bekas tempat tinggal. 

Lukisan tersebut ditemukan di Sulawesi Selatan pada tahun 1950 oleh C.H.M Heeren Palm. Lukisan yang ditemukan menyimbolkan pemujaan terhadap roh nenek moyang agar berhasil bila berburu. 

Kepercayaan dari masyarakat adalah animisme, dinamisme, dan toteisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda- benda yang dianggap memiliki roh gaib. Totemisme merupakan pemujaan terhadap binatang yang dianggap suci atau keramat.   

Untuk memahami pembahasan di atas, yuk dicoba kerjakan soal- soal berikut ini, 

1. Berikut ini yang menjadi penyebab masyarakat prasejarah hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. keadaan lingkungan yang tidak menentu 
B. fisik masyarakat yang belum sesempurna masyarakat modern 
C. Cara berpikir yang tidak jelas 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban A, B dan C benar 


2. Angka pertumbuhan penduduk pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh ....
A. sering terjadi perang antarsuku 
B. Tantangan alam yang keras 
C. angka kematian yang tinggi tidak diimbangi angka kelahiran yang rendah 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban B dan C benar


3. Gambaran kehidupan masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hidup menetap 
B. hidup berpindah pindah 
C. hidup dengan berperang 
D. hidup secara terpisah 
E. hidup di dalam hutan 


4. Tempat tinggal masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hutan- hutan yang lebat 
B. gua- gua yang ada di bukit terjal 
C. gunung- gunung yang tinggi 
D. tepi ladang 
E. dekat sumber makanan 


5. Berikut ini contoh alat yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. kapak perimbas 
B. kapak lonjong 
C. kapak genggam 
D. panah perunggu 
E. kapak perunggu 


6. Untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat, mereka menggunakan ....
A. simbol api 
B. simbol asap 
C. komunikasi biasa 
D. teriakan dan pekikan 
E. semua jawaban benar 


7. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. gerobak 
B. kuda 
C. sapi 
D. rakit dan sampan 
E. babi rusa 


8. Budaya rohani yang sudah dikenal di dalam masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. menyembah dewa- dewa 
B. merayakan hari keagamaan 
C. memuja roh nenek moyang 
D. mengkeramatkan tempat tertentu 
E. mensucikan suatu tempat 


9. Pemujaan terhadap roh nenek moyang dilakukan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan tujuan ....
A. bersyukur atas nikmat yang diberikan
B. harapan agar berhasil ketika berburu 
C. menganggap benda memiliki kekuatan 
D. menganggap suci dan keramat suatu binatang tertentu 
E. menganggap roh nenek moyang ada diantara mereka 


10. Lukisan telapak yangan dan babi rusa yang bagian jantungnya tertancap panah ditemukan di wilayah ....
A. Kalimantan Barat 
B. Sulawesi Selatan 
C. Nusa Tenggara Timur 
D. Maluku Utara 
E. Sulawesi Tenggara 


11. Masyarakat memiliki kepercayaan animisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


12. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut ajaran dinamisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


13. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut toteisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


Demikian Materi Sejarah SMA : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk semuanya. 

Salam. 
Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Zaman prasejarah secara umum diartikan sebagai zaman dimana manusia belum mengenal tulisan dan zaman sejarah merupakan zaman dimana manusia sudah mengenal tulisan. Ciri- ciri zaman prasejarah dapat dilihat dari cara masyarakatnya dapat mempertahankan hidupnya. Sementara corak kehidupan prasejarah dilihat dari tingkat peradaban yang dimilikinya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Pengertian Prasejarah dan Sejarah 

Pengertian Prasejarah 
Prasejarah dalam bahasa Inggris berasal dari kata prehidtory. Pre yang artinya sebelum dan history artinya sejarah. Zama prasejarah seringkali disebut sebagai zaman nirleka, yang artinya zaman sebelum adanya tulisan. 

Kita dapat mengetahui kehidupan masyarakat prasejarah setelah para arkeolog melakukan penggalian dan penelitian terhadap benda- benda purbakala baik yang berupa fosil maupun artifak. 

Fosil merupakan sisa- sisa kehidupan yang terpendam di dalam tanah dan telaj membatu akibat proses kimiawi. Fosil dapat berupa tulang manusia, hewan, dan sisa- sisa tumbuhan. 

Sedangkan artifak merupakan peralatan atau perkakas buatan masyarakat prasejarah yang biasanya terbuat dari batu, tulang hewan, logam maupun kayu. 

Paleontologi merupakan ilmu yang berperan dalam penelitian fosil. Paleontologi berasal dari kata plaios yang artinya tua, onto yang artinya kehidupan dan logos artinya ilmu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa paleontologi merupakan ilmu yang meneliti kehidupan zaman tua. 

Paleontologi memiliki beberapa cabang ilmu yang membantu dalam kegiatan penelitiannya, yaitu :

  1. arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari peninggalan- peninggalan sejarah dan purbakala yang digunakan untuk merekonstruksi atau menyusun kembali kehidupan manusia pada masa lampau. 
  2. antropologi budaya, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaan. 
  3. geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi dan batuannya. 
  4. palae-antropologi yaitu cabang ilmu antropologi yang mempelajari asal-usul terjadinya perkembangan manusia dengan objek penyelidikan sisa- sisa fosil manusia purba.
  5. botani, yaitu ilmu yang menyelidiki fosil serbuk bunga untuk mengenali tetumbuhan masa lampau, sekaligus mengambil kesimpulan tentang iklim di masa itu. 
  6. fisika, terutama fisika atom, yaitu ilmu yang digunakan untuk emnentukan waktu secara cermat dengan mengukur hasil pelapukan isotop unsur radioaktif tertentu. 
  7. kimia, yaitu ilmu dengan aneka ragam teknik untuk menganalisa bahan biologi, terutama anatomi perbandingan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan anatra organisme yang masih dekat kekerabatannya. 

Pengertian Sejarah 
Sejarah memiliki tiga aspek pokok, antara lain sebagai berikut,

Sejarah sebagai peristiwa
Dalam aspek ini, sejarah ditempatkan sebagai kejadian atau fakta yang benar- benar telah terjadi di masa lampau. Dari kejadian pada masa lampau tersebut dapat disimak bagaimana pola hidup masyarakat di masa itu. 

Sejarah sebagai kisah
Sejarah menurut sudut pandang ini, ditempatkan sebagai cerita atau narasi yang disusun  berdasarkan ingatan, kesan terhadap peristiwa di masa lampau.

Sejarah sebagai ilmu 
Sejarah sebagai ilmu ditempatkan sebagai pengetahuan tentang epristiwa masa lampau yang disusun menurut sistematika dan metode pengkajian ilmiah atau metode sejarah yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau secara objektif. 

Jadi, secara umum, sejarah mulai ada sejak manusia mulai hidup di atas permukaan bumi. Ketika kita membahas tentang sejarah, maka akan dijelaskan tentang kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya baik yang berlangsung pada masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang. 

Secara khusus, sejarah diartikan sebagai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Masyarakat yang hidup di masa itu sudah mengenal tulisan. Oleh karenanya, zaman sejarah disebut sebagai zaman setelah manusia telah mengenal tulisan. 

Sumber sejarah 
Sumber sejarah merupakan bukti pengungkapan dari peristiwa atau kejadian di masa lalu. Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. 

Sumber primer merupakan sumber sejarah yang berupa data langsung atau kesaksian, laporan dari seseorang yang secara langsung menyaksikan atau mengalami langsung suatu peristiwa. Sumber primer sejarah dapat berupa catatan- catatan, , alat- alat atau benda- benda yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. 

Sementara itu, sumber primer, merupakan sumber sejarah yang berupa laporan atau tulisan- tulisan dari seseorang mengenai suatu peristiwa, namun ia sendiri tidak mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa itu. 

Ditinjau dari wujudnya, sumber sejarah dapat dibagi atas sumber lisan, sumber tertulis, sumber benda dan sumber audiovisual. 

Sumber lisan, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan dari seseoranga atau beberapa orang yang menyaksikan secara langsung  atau mengalami langsung suatu peristiwa.

Sumber tertulis, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan tertulis mengenai suatu peristiwa atau kejadian, misalnya, prasasti, babad, naskah kuno, dan buku. 

Sumber benda, merupakan sumber sejarah yang berupa alat- alat, artifak, atau fosil. 

Sumber audiovidual merupakan sumber sejarah yang merupakan hasil rekaman dari media elektronika misalnya kaset dan rekaman video dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. 

Itulah pembahasan tentang zaman prasejarah dan zaman sejarah, pengertian dan sumber- sumber sejarahnya. Semoga bermanfaat.

Salam. 

   
Materi Sejarah : Mengenal Periodisasi Sistem Penyelenggaraan NKRI dari Tahun 1945 Hingga Masa Orde Lama

Materi Sejarah : Mengenal Periodisasi Sistem Penyelenggaraan NKRI dari Tahun 1945 Hingga Masa Orde Lama

Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam mewujudkan kemerdekaan. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menghendaki bentuk negara kesatuan yang sejalan dengan paham integralistik yang melihat bangsa sebagai suatu organisme. Muhammad Yamin juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan negara yang bersifat unitarisme serta wujud negara dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash


Bentuk negara kesatuan tersebut didasarkan pada lima alasan, diantaranya :
  1. Unitarisme sudah merupakan cita- cita kemerdekaan Indonesia 
  2. Negara tidak memberikan tempat hidup bagi provinsialisme 
  3. Tenaga- tenaga terpelajar sebagian besar berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di daerah untuk membentuk negara federal. 
  4. Wilayah- wilayah di Indonesia tidak sama potensi dan kekayaannya 
  5. Berdasar sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila sebagai negara kesatuan. 

Dalam penyelenggaraan negara kesatuan republik Indonesia, beberapa periode terjadi dan menjadi bagian dalam sejarah bangsa Indonesia. 

Periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 (NKRI)
Bentuk negara Indonesia pada periode ini adalah eksatuan dengan bentuk pemerintahan republik. Presiden dalam hal ini berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. 
Sistem pemerintahan pada masa periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 adalah sistem presidensial. 

Pada masa ini, negara Indonesia mendapat tekanan dari berbagai pihak, termasuk propaganda Belanda di dunia Internasional yang menuduh Indonesia sebagai dikattor karena terpusatnya kekuasaan negara di tangan presiden. 

Pihak Indonesia pun tidak tinggal diam dengan tekanan Belanda tersebut. Indonesia mengeluarkan maklumat yang berdampak besar terhadap sistem ketatanegaraan di Indonesia. Tiga maklumat tersebut diantaranya :

  1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari presiden serta memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. 
  2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik yang sebanyak- banyaknya oleh rakyat. 
  3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang mengubah sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer. 

Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 pada dasarnya menyalahi ketentuan undang -undang dasar 1945. 

Adanya perubahan dari sistem presidensial menjadi sistem parlementer sejatinya dimaksudkan agar negara mampu mengakomodasi semua kekuatan yang ada. Namun pada kenyataannya, keadaan menjadi tidak stabil. Pasalnya, kabinet - kabinet parlementer yang terbentuk sangat mudah dijatuhkan dengan mosi tidak percaya dari DPR. 

Pada masa pemerintahan parlementer, terdapat beberapa kabinet yang terbentuk, yaitu :
  1. Kabinet Amir Syarifuddin I : Tanggal 3 Juli 1947 - 11 NOvember 1947 
  2. Kabinet Amir Syarifuddin II : Tanggal 11 NOvember 1947 - 29 Januari 1948 
  3. Kabinet Hatta I : Tanggal 29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949
  4. Kabinet Darurat (Mr. Syafruddin Prawiranegara) : Tanggal 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949
  5. Kabinet Hatta II : Tanggal 4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949

Selama masa ini, keadaan yang terjadi adalah situasi pemerintahan yang tidak stabil, tekanan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia,  dan adanya pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. 

Kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 27 Desemebr 1949 kemudian mengubah bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Negara Serikat. 

Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 (Konstitusi RIS)
Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 menjadi masa dimana konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) berlaku. Menurut konstitusi RIS, parlemen dipecah menjadi dua badan yaitu DPR dan senat. 

Adapun bentuk negara Indonesia pada masa ini adalah serikat atau federasi dengan bentuk pemerintahan republik dan sistem pemerintahannya adalah parlementer kabinet semu (kuasiparlementer).

Karakteristik dari sistem parlementer kabinet semu adalah sebagai berikut : 
  1. Presiden yang melakukan pengangkatan Perdana Menteri, bukan parlemen pada umumnya 
  2. Presiden juga yang berwenang membentuk kabinet, bukan oleh parlemen 
  3. Presiden mencampuri urusan kekuasaan perdana menteri. 
  4. Kabinet bertanggung jawab terhadap DPR, namun harus melalui keputusan pemerintah 
  5. Presiden RIS berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan 

Periode 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
Konsitusi yang berlaku pada masa 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 adalah UUDS 1950. UUDS RI tahun 1950 merupakan perubahan dari konstitusi RIS 1949 yang diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan antara pemerintah RIS dan pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19 Mei 1950. 

Pada masa tersebut, bentuk negara RI adalah kesatuan dan kekuasaan dipegang oleh pemerintah pusat  dengan hubungan antara pusat dan daerah  yang didasarkan pada asas desentralisasi. 

Bentuk pemerintahan adalah republik dengan kepala negara seorang presiden yang dibantu oleh seorang wakil presiden. Adapun sistem pemerintahan adalah parlementer  dengan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. 

Selama berlakunya UUDS 1950, ada tujuh kali pergantian kabinet, yaitu :
  1. Kabinet Natsir ( 6 September 1950 - 27 April 1951)
  2. Kabinet Sukirman (27 April 1951 - 3 April 1952)
  3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
  4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
  5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956) 
  6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II ( 24 Maret 1956 - 9 April 1957)
  7. Kabinet Juanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959) 

Selama periode UUDS 1950 dengan berbagai pergantian kabinet, berdampak pada terganggunya pemerintahan. Selain itu, pembangunan menjadi terhambat dan timbulnya masalah pada stabilitas keamanan. Pada masa itu, terjadi banyak pemberontakan yang menyebabkan kacaunya kondisi negara. 

Masa UUDS 1950 juga menjadi sejarah dilaksanakannya Pemilu pertama yaitu pada masa Burhanuddin Harahap. Dasar pelaksanaan Pemilu pertama ini adalah UU Pemilu No. 7 Tahun 1953.

Pemilu pertama dilaksanakan dalam dua tahap yaitu 
  • Tahap I tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen 
  • Tahap II tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante

Badan konstituante bertugas untuk merumuskan UUD karena UUDS 1950 hanya bersifat sementara. Badan konstituante ini kemudian gagal menjalankan tugasnya sehingga kondisi ketatanegaraan Indonesia menjadi tidak menentu. 

Kondisi yang tidak menentu inilah yang menjadikan Presiden Soekarno pada saat itu mengajukan rancangan sistem Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali pada UUD 1945. 

Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisikan tiga hal diantaranya : 
  1. Pembubaran Badan Konstituante
  2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950 
  3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Periode 5 Juli 1959 - 11 Maret 1966 (Orde Lama)
Periode ini merupakan masa berlakunya UUD 1945 kembali. Kedudukan presiden pada masa ini adalah sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk pada 9 Juli 1959 berjuluk Kabinet Kerja. Susunan kabinet kerja terdiri atas :
  • Kabinet inti, yang terdiri atas satu perdana menteri dijabat oleh presiden dan 10 orang menteri
  • Menteri- menteri ex officio, yaitu pejabat- pejabat yang karena jabatannya diangkat menjadi seorang menteri seperti kepala staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, kepolisian negara, jaksa agung, ketua Dewan Perancang Nasional, dan wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung. 
  • Menteri- menteri muda sebanyak 60 orang. 

Presiden Soekarno kemudian menetapkan Demokrasi Terpimpin. Hal ini dilakukan sebagai kekecewaan atas pelaksanaan demokrasi liberal. 

Sistem demokrasi terpimpin pada dasarnya melandaskan pada hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Namun, pada pelaksanaannya, kepemimpinan penguasa lebih diutamakan, karena presiden bertindak sebagai presiden atau pemimpin besar revolusi yang mana kepemimpinannya bersifat otoriter dan terjadi pengkultusan individu. 

Pada periode orde lama, terjadi penyimpangan- penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 diantaranya
  1. Pembubaran DPR hasil pemilu yang kemudian diganti oleh DPR Gotong Royong yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
  2. Pembentukan MPR sementara  yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden 
  3. Penetapan Ir Soekarno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS 
  4. Membentuk front nasional 
  5. Lahirnya paham Nasakom (nasionalis, agama dan komunis) yang memberikan peluang lahirnya komunisme. 

Masa orde lama kemudian tumbang pada tahun 1966 dan digantikan oleh masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). 


Demikian periodisasi sistem penyelenggaraan NKRI dari tahun 1945 hingga masa orde lama. Semoga Bermanfaat.

Salam.  

Formulir Kontak