Ahzaa.Net: Materi Sejarah SMA
Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Materi Sejarah : Mengenal Masa Bercocok Tanam pada Masa Prasejarah , Ciri- Ciri Kehidupan dan Bangunan Peninggalan

Masa berburu dan mengumpulkan bahan makanan telah berakhir dan berganti dengan masa bercocok tanam di akhir zaman mesolitikhum. Pada masa bercocok tanam, manusia mulai mengenal bagaimana menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing). Masa ini menggantikan kebiasaan berburu dan mengumpulkan makanan di era sebelumnya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Cara Bercocok Tanam 
Cara bercocok tanam yang pertama kali dilakukan adalah dengan cara berhuma, yaitu menebangi hutan, kemudian menanami dengan jenis padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Sistem berhuma ini membuat masyarakat mendiami daerah dengan jangka yang agak lama. 

Pada masa inilah mulai berkembang perkampungan- perkampungan dan kemudian terbentuk kesatuan- kesatuan suku, marga yang masing- masing dipimpin oleh kepala suku yang dipilih berdasarkan prinsip primus inter pares. Prinsip primus inter pares diartikan sebagai yang pertama di antara yang setara. 

Kehidupan masyarakat makin teratur dan mulai terbentuk kerja sama dan gotong royong dari para anggotanya. Pembagian kerja mulai jelas dan meluas sehingga terbentuk kelompok masyarakat dengan keahlian masing- masing. 

Masyarakat selain bercocok tanam di sawah juga sudah mengenal cara- cara mengawetkan makanan. Mereka seringkali memberikan garam atau ramuan tertentu pada daging dan ikan segar agar dapat bertahan lebih lama. 

Kegiatan perekonomian 
Kegiatan perekonomian semakin kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan pertanian, perdagangan, dan pelayaran yang semakin maju. Pola kehidupan masyarakat pun semakin beragam dan makmur. 

Peninggalan Budaya Berupa Alat
Kemakmuran masyarakat prasejarah pada masa bercocok tanam dapat dibuktikan dengan beberapa peninggalan budaya yang bermacam- macam. Beberapa peninggalan budaya yang pernah diciptakan adalah kapak persegi, beliung, kapak lonjong, gerabah dan bajak. Alat- alat tersebut sudah terbuat dari logam. 

Peninggalan Bangunan
Selain peninggalan budaya berupa alat- alat di atas, terdapat pula peninggalan berupa bangunan. Hal ini memberikan bukti bahwa masa bercocok tanam mulai mengenal tradisi megalitikum atau bangunan- bangunan yang dibuat  dengan batu besar atau utuh (megalith).

Bangunan megalitikum dibuat untuk menghormati arwah nenek moyang. Beberapa bangunan megalitikum yang dapat ditemukan adalah seperti menhir, sarkofagus, dolmen, peti kubur batu, punden berundak, waruga dan arca. 

a. Menhir 
Menhir merupakan sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara mengjormati roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatra selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

b. Sarkofagus 
Sarkofagus merupakan peti mayat yang banyak ditemukan di Bali. 

c. Dolmen
Dolmen adalah peti mayat yang berfungsi sebagai peti mayat maupun sebagai  meja sesaji. Dolmen dapat dianggap sebagai sarana pemujaan. Dolmen ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur. 

d. Peti Kubur Batu
Peti kubur batu merupakan peti mayat, hanya bentuknya berbeda dengan Dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan sarkofagus  dibuat dengan batu utuh, sedangkan peti kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menyerupai peti. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. 

e. Punden Berundak- undak 
Punden berundak undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara berundak- undakan atau bertingkat. Punden berundak- undak ditemukan di daerah Lebak, Banten Selatan. 

 f. Waruga 
Waruga adalah peti kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi tengah dan Sulawesi Utara. 

g. Arca 
Arca terbuat dari batu utuh, yang ada menyerupai hewan atau manusia. Arca banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 
Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Materi Sejarah : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah, Bagaimana Ciri- cirinya?

Kehidupan masyarakat prasejarah di nusantara dibagi menjadi dua tahapan yaitu zaman dimana kehidupan masyarakat menggantungkan hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan kemudian dilanjutkan dengan masa yang lebih maju dimana masyarakat mulai  bercocok tanam dalam mempertahankan hidupnya. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash

Nah, pada pembahasan materi sejarah kali ini, kita akan belajar tentang kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan di masa prasejarah. 

Masyarakat prasejarah di nusantara pada mulanya hidup dengan bebruru dan mengumpulkan makanan (food gathering). Hal tersebut disebabkan keadaan lingkungan dan fisik manusia prasejarah yang belum sesempurna manusia sekarang. Manusia pada masa itu sangat sederhana sekali cara berpikirnya dan belum dapat berkomunikasi layaknya manusia di masa sekarang. 

Pertumbuhan Penduduk Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tantangan alam berupa iklim, gempa bumi, banjir berpengaruh terhadap jumlah mereka yang terbatas. Angka kematian sangat tinggi yang tidak diimbangi oleh angka kelahiran menyebabkan laju pertumbuhan penduduk berjalan lambat.

Alam menjadi tumpuan kehidupan masyarakat prasejarah di masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memperoleh makanan langsung dari alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Hidup mereka mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden). 

Tempat Tinggal Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Mereka mencari daerah yang aman dari terpaan hujan, terik matahari dan hawa yang dingin namun tidak terlalu jauh dari sumber air seperti sungai, danau, dan sumber lainnya. Mereka juga tinggal di gua- gua sebagai tempat tinggal sementara. Gua- gua yang dipilih biasanya terletak di lereng- lereng bukit yang terjal. Mereka menggunakan tangga yang dapat ditarik ke dalam gua apabila ada bahaya yang mengancam. 

Dalam berburu dan mengumpulkan makanan, mereka menggunakan alat yang terbuat tulang, batu, tanduk dan kayu. Adapun peralatan yang dipakai seperti kapak genggam, tombak, panah, dan alat- alat serpih. Alat- alat yang digunakan masih berbentuk kasar dan tidak diasah. Selain alat- alat, mereka juga mengenal perhiasan yang terbuat dari batu dan kerang seperti anting, kalung dan gelang. 

Komunikasi Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masyarakat prasejarah belum mengenal bahasa, dan untuk berkomunikasi antarsesama, mereka menggunakan bahasa isyarat yang berupa teriakan atau pekikan yang disertai dengan gerakan- gerakan tangan. Hal inilah yang membuat perkembangan budaya masyarakat sangat lambat.

Sebagai alat transportasi, mereka membuat rakit dan sampan dari bambu untuk menyusuri tepi sungai dan pantai. 

Budaya Rohani Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah mengenal budaya rohani yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan lukisan telapak tangan dan babi rusa yang pada bagian jantungnya tertancap panah pada dinding- dinding gua bekas tempat tinggal. 

Lukisan tersebut ditemukan di Sulawesi Selatan pada tahun 1950 oleh C.H.M Heeren Palm. Lukisan yang ditemukan menyimbolkan pemujaan terhadap roh nenek moyang agar berhasil bila berburu. 

Kepercayaan dari masyarakat adalah animisme, dinamisme, dan toteisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda- benda yang dianggap memiliki roh gaib. Totemisme merupakan pemujaan terhadap binatang yang dianggap suci atau keramat.   

Untuk memahami pembahasan di atas, yuk dicoba kerjakan soal- soal berikut ini, 

1. Berikut ini yang menjadi penyebab masyarakat prasejarah hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. keadaan lingkungan yang tidak menentu 
B. fisik masyarakat yang belum sesempurna masyarakat modern 
C. Cara berpikir yang tidak jelas 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban A, B dan C benar 


2. Angka pertumbuhan penduduk pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh ....
A. sering terjadi perang antarsuku 
B. Tantangan alam yang keras 
C. angka kematian yang tinggi tidak diimbangi angka kelahiran yang rendah 
D. jawaban A dan B benar 
E. jawaban B dan C benar


3. Gambaran kehidupan masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hidup menetap 
B. hidup berpindah pindah 
C. hidup dengan berperang 
D. hidup secara terpisah 
E. hidup di dalam hutan 


4. Tempat tinggal masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. hutan- hutan yang lebat 
B. gua- gua yang ada di bukit terjal 
C. gunung- gunung yang tinggi 
D. tepi ladang 
E. dekat sumber makanan 


5. Berikut ini contoh alat yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. kapak perimbas 
B. kapak lonjong 
C. kapak genggam 
D. panah perunggu 
E. kapak perunggu 


6. Untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat, mereka menggunakan ....
A. simbol api 
B. simbol asap 
C. komunikasi biasa 
D. teriakan dan pekikan 
E. semua jawaban benar 


7. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. gerobak 
B. kuda 
C. sapi 
D. rakit dan sampan 
E. babi rusa 


8. Budaya rohani yang sudah dikenal di dalam masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. menyembah dewa- dewa 
B. merayakan hari keagamaan 
C. memuja roh nenek moyang 
D. mengkeramatkan tempat tertentu 
E. mensucikan suatu tempat 


9. Pemujaan terhadap roh nenek moyang dilakukan oleh masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan tujuan ....
A. bersyukur atas nikmat yang diberikan
B. harapan agar berhasil ketika berburu 
C. menganggap benda memiliki kekuatan 
D. menganggap suci dan keramat suatu binatang tertentu 
E. menganggap roh nenek moyang ada diantara mereka 


10. Lukisan telapak yangan dan babi rusa yang bagian jantungnya tertancap panah ditemukan di wilayah ....
A. Kalimantan Barat 
B. Sulawesi Selatan 
C. Nusa Tenggara Timur 
D. Maluku Utara 
E. Sulawesi Tenggara 


11. Masyarakat memiliki kepercayaan animisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


12. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut ajaran dinamisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


13. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut toteisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang 
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib 
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci 
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan 
E. kepercayaan terhadap tempat suci 


Demikian Materi Sejarah SMA : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk semuanya. 

Salam. 
Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Materi Sejarah SMA : Mengenal tentang Zaman Prasejarah dan Sejarah, Pengertian dan Sumber Sejarah

Zaman prasejarah secara umum diartikan sebagai zaman dimana manusia belum mengenal tulisan dan zaman sejarah merupakan zaman dimana manusia sudah mengenal tulisan. Ciri- ciri zaman prasejarah dapat dilihat dari cara masyarakatnya dapat mempertahankan hidupnya. Sementara corak kehidupan prasejarah dilihat dari tingkat peradaban yang dimilikinya. 

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Pengertian Prasejarah dan Sejarah 

Pengertian Prasejarah 
Prasejarah dalam bahasa Inggris berasal dari kata prehidtory. Pre yang artinya sebelum dan history artinya sejarah. Zama prasejarah seringkali disebut sebagai zaman nirleka, yang artinya zaman sebelum adanya tulisan. 

Kita dapat mengetahui kehidupan masyarakat prasejarah setelah para arkeolog melakukan penggalian dan penelitian terhadap benda- benda purbakala baik yang berupa fosil maupun artifak. 

Fosil merupakan sisa- sisa kehidupan yang terpendam di dalam tanah dan telaj membatu akibat proses kimiawi. Fosil dapat berupa tulang manusia, hewan, dan sisa- sisa tumbuhan. 

Sedangkan artifak merupakan peralatan atau perkakas buatan masyarakat prasejarah yang biasanya terbuat dari batu, tulang hewan, logam maupun kayu. 

Paleontologi merupakan ilmu yang berperan dalam penelitian fosil. Paleontologi berasal dari kata plaios yang artinya tua, onto yang artinya kehidupan dan logos artinya ilmu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa paleontologi merupakan ilmu yang meneliti kehidupan zaman tua. 

Paleontologi memiliki beberapa cabang ilmu yang membantu dalam kegiatan penelitiannya, yaitu :

  1. arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari peninggalan- peninggalan sejarah dan purbakala yang digunakan untuk merekonstruksi atau menyusun kembali kehidupan manusia pada masa lampau. 
  2. antropologi budaya, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaan. 
  3. geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi dan batuannya. 
  4. palae-antropologi yaitu cabang ilmu antropologi yang mempelajari asal-usul terjadinya perkembangan manusia dengan objek penyelidikan sisa- sisa fosil manusia purba.
  5. botani, yaitu ilmu yang menyelidiki fosil serbuk bunga untuk mengenali tetumbuhan masa lampau, sekaligus mengambil kesimpulan tentang iklim di masa itu. 
  6. fisika, terutama fisika atom, yaitu ilmu yang digunakan untuk emnentukan waktu secara cermat dengan mengukur hasil pelapukan isotop unsur radioaktif tertentu. 
  7. kimia, yaitu ilmu dengan aneka ragam teknik untuk menganalisa bahan biologi, terutama anatomi perbandingan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan anatra organisme yang masih dekat kekerabatannya. 

Pengertian Sejarah 
Sejarah memiliki tiga aspek pokok, antara lain sebagai berikut,

Sejarah sebagai peristiwa
Dalam aspek ini, sejarah ditempatkan sebagai kejadian atau fakta yang benar- benar telah terjadi di masa lampau. Dari kejadian pada masa lampau tersebut dapat disimak bagaimana pola hidup masyarakat di masa itu. 

Sejarah sebagai kisah
Sejarah menurut sudut pandang ini, ditempatkan sebagai cerita atau narasi yang disusun  berdasarkan ingatan, kesan terhadap peristiwa di masa lampau.

Sejarah sebagai ilmu 
Sejarah sebagai ilmu ditempatkan sebagai pengetahuan tentang epristiwa masa lampau yang disusun menurut sistematika dan metode pengkajian ilmiah atau metode sejarah yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau secara objektif. 

Jadi, secara umum, sejarah mulai ada sejak manusia mulai hidup di atas permukaan bumi. Ketika kita membahas tentang sejarah, maka akan dijelaskan tentang kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya baik yang berlangsung pada masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang. 

Secara khusus, sejarah diartikan sebagai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Masyarakat yang hidup di masa itu sudah mengenal tulisan. Oleh karenanya, zaman sejarah disebut sebagai zaman setelah manusia telah mengenal tulisan. 

Sumber sejarah 
Sumber sejarah merupakan bukti pengungkapan dari peristiwa atau kejadian di masa lalu. Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. 

Sumber primer merupakan sumber sejarah yang berupa data langsung atau kesaksian, laporan dari seseorang yang secara langsung menyaksikan atau mengalami langsung suatu peristiwa. Sumber primer sejarah dapat berupa catatan- catatan, , alat- alat atau benda- benda yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. 

Sementara itu, sumber primer, merupakan sumber sejarah yang berupa laporan atau tulisan- tulisan dari seseorang mengenai suatu peristiwa, namun ia sendiri tidak mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa itu. 

Ditinjau dari wujudnya, sumber sejarah dapat dibagi atas sumber lisan, sumber tertulis, sumber benda dan sumber audiovisual. 

Sumber lisan, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan dari seseoranga atau beberapa orang yang menyaksikan secara langsung  atau mengalami langsung suatu peristiwa.

Sumber tertulis, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan tertulis mengenai suatu peristiwa atau kejadian, misalnya, prasasti, babad, naskah kuno, dan buku. 

Sumber benda, merupakan sumber sejarah yang berupa alat- alat, artifak, atau fosil. 

Sumber audiovidual merupakan sumber sejarah yang merupakan hasil rekaman dari media elektronika misalnya kaset dan rekaman video dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. 

Itulah pembahasan tentang zaman prasejarah dan zaman sejarah, pengertian dan sumber- sumber sejarahnya. Semoga bermanfaat.

Salam. 

   
Mengenal Kebijakan- Kebijakan Gubernur Jenderal Daendels di Indonesia pada Abad ke-19

Mengenal Kebijakan- Kebijakan Gubernur Jenderal Daendels di Indonesia pada Abad ke-19

Teman- teman, tahukan kalian bahwa pada awal abad ke 19, terjadi berbagai rentetan peristiwa di bumi Indonesia. Yap benar, pada masa itu Indonesia masih berada di bawah cengekraman imperialisme dan kolonialisme dari kaum penjajah. Diawali dengan perserikatan dagang Belanda, dikenal dengan VOC pada akhir abad ke-18 yang mengeruk sumber daya Indonesia untuk keuntungan mereka. Hal itu mengakibatkan rakyat semakin menderita dengan berbagai kebijakan- kebijakan VOC  yang dinilai sangat merugikan kaum pribumi. Kemudian kebangkrutan VOC yang diakibatkan oleh beberapa sebab seperti korupsi dan kehidupan yang mewah para pegawainya. 

Photo by David Iskander on Unsplash

Tulisan lengkap tentang kebangkrutan VOC dapat kalian baca melalui artikel sebelumnya dalam sejarah VOC: Latar Belakang, Hak dan Wewenang serta penyebab kemundurannya. 



Setelah kebangkrutan VOC yang memaksa dibubarkannya organisasi tersebut, ternyata ada rangkaian peristiwa lain yang terjadi, yaitu polemik  Hindia Belanda dan Republik Bataaf oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels dengan kebijakan- kebijakannya yang merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. 

Pendudukan Hindia Belanda, Republik Bataaf dan Inggris di Indonesia
Pada awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V kemudian melarikan diri ke Inggris. Akhirnya Belanda pun dikuasai Prancis  dan  terbentuklah Republik Bataaf (1795-1806) yang merupakan bagian dari Prancis. Kebijakan- kebijakan Republik Bataaf yang digunakan untuk mengatur pemerintahan di Hindia masih terpengaruh oleh Prancis. Republik Bataaf kemudian mengutus Herman Williem Daendels dan Jan Willem Janssen (1811) untuk menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia.

Kebijakan Pemerintah Herman Williem Daendels
Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal memerintah di Nusantara pada tahun 1808-1811 dengan tugas utama mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai oleh Inggris. Selain memperkuat pertahanan, Deandels juga harus memperbaiki administrasi pemerintahan, memperbaiki kehidupan sosial ekonomi di Nusantara khususnya di tanah Jawa. 

Deandels merupakan seorang patriot yang berpandangan liberal yang ideologinya banyak dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Ia selalu menggebu dalam hal kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan sehingga dalam praktinya ia ingin memberantas praktik-praktik yang dinilai feodalistik yang mengakar dalam budaya Indonesia. Hal ini dimaksudkan
agar masyarakat lebih dinamis dan produktif untuk kepentingan Republik Bataaf dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan sekaligus membatasi hak-hak para bupati yang terkait dengan penguasaan atas tanah dan penggunaan tenaga rakyat. Dalam tugasnya Daendels melakukan beberapa langkah strategis, terutama menyangkut bidang pertahanan-keamanan, administrasi pemerintahan, dan sosial ekonomi

Bidang Pertahanan dan Keamanan 
Untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendels melakukan langkah-langkah:
(a) membangun benteng-benteng pertahanan baru
(b) membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon
(c) merekrut orang- orang pribumi untuk meningkatkan jumlah tentara
(d) membangun jalan raya dari Anyer, Provinsi Banten sampai Panarukan ujung timur Pulau Jawa sepanjang kurang lebih 1.100 km. 

Pada pembangunan jalan raya maupun pangkalan militer, Daendels mengerahkan rakyat untuk kerja rodi yang membuat rakyat  menjadi semakin menderita, dan bahkan  menyebabkan banyak rakyat yang menjadi korban.

Bidang Politik dan Pemerintahan
Daendels juga melakukan berbagai perubahan di bidang pemerintahan dengan cara melakukan campur tangan dan perubahan dalam tata cara dan adat istiadat di kerajaan-kerajaan di Jawa. Sebagai contoh Daendels tidak mau menjalani seremoni yang biasa dilakukan di lingkungan keraton misalnya menolak tata krama saat bertemu raja dengan memberi hormat, memakai payung emas, melepas topi, dan juga posisi tempat duduk yang harus lebih rendah dari raja yang dilakukan oleh para pejabat VOC sebelumnya. Ia harus pakai payung emas, duduk di kursi sama tinggi dengan raja, dan tidak perlu membuka topi. Sunan Pakubuwana IV dari Kasunanan Surakarta terpaksa menerima, tetapi Sultan Hamengkubuwana II menolaknya. Penolakan Hamengkubuwana II terhadap kebijakan Daendels menyebabkan terjadinya perseteruan antara kedua belah pihak yang menjadikan benih-benih nasionalisme tumbuh di lingkungan Kasultanan Yogyakarta.

Daendels berhasil mempengaruhi Mangkunegara II untuk membentuk pasukan “Legiun Mangkunegara” dengan kekuatan 1.150 orang prajurit untuk memperkuat kedudukannya di Jawa. Pasukan ini dibentuk untuk membantu pasukan Deandels apabila terjadi perang sewaktu-waktu. untuk membantu pasukan Daendels apabila terjadi perang. Selain itu Daendels juga mulai melakukan intervensi terhadap pemerintahan di Kasunanan Surakarta dan juga Kasultanan Yogyakarta.

Berikut beberapa tindakan Daendels untuk memperkuat kedudukannya di Nusantara :

(a) membatasi kekuasaan raja-raja di Nusantara secara ketat
(b) menerapkan pemerintahan secara sentralistik yang kuat dengan membagi  Pulau Jawa menjadi 23 wilayah besar (hoofdafdeeling) atau keresidenan (residentie). Tiap karesidenan dapat dibagi menjadi beberapa kabupaten (regentschap). Adapun Karesidenan yang dibagi Deandels meliputi :
1.  Tegal
2.  Bagelen
3.  Banyumas
4.  Cirebon
5.  Priangan
6.  Karawang
7.  Buitenzorg (Bogor)
8.  Banten
9.  Batavia (Jakarta)
10. Surakarta
12. Banyuwangi
13. Besuki
14. Pasuruan
15. Kediri
16. Surabaya
17. Rembang
18. Madiun
19. Pacitan
20. Jepara
21. Semarang
11.  Yogyakarta
22. Kedu
23. Pekalongan  

(c) berdasarkan Dekrit 18 Agustus 1808, Daendels juga telah merombak Provinsi Jawa Pantai Timur Laut menjadi 5  prefektur atau wilayah yang memiliki otoritas dan 38 kabupaten. Akibat kebijakan ini, Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan daerahnya dinyatakan sebagai wilayah pemerintahan kolonial
(d) bupati sebagai penguasa tradisional diubah kedudukannya menjadi pegawai pemerintah kolonial yang digaji. Namun demikian para bupati masih memiliki hak-hak feodal tertentu.

Bidang Peradilan
Daendels melakukan perbaikan di bidang peradilanUntuk memperlancar jalannya pemerintahan dan mengatur ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. 
(a) Daendels membentuk tiga jenis peradilan yaitu 
(1) peradilan untuk orang Eropa
(2) peradilan untuk orang-orang Timur Asing
(3) peradilan untuk orang-orang pribumi yang dibentuk di setiap prefektur, misalnya di Batavia, Surabaya, dan Semarang
(b) peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur Asing.

Bidang Sosial Ekonomi
Ditugaskannya Daendels sebagai Gubernur Jenderal juga diberikan mandat untuk memperbaiki keadaan di Tanah Hindia disamping mengumpulkan dana untuk pembiayaan perang. Daendels pun melakukan berbagai kebijakan kolonial dalam bidang sosial dan ekonomi yang dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah diantaranya :
  • Melakukan penggabungan banyak daerah ke dalam wilayah pemerintahan kolonial dengan cara memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan Yogyakarta
  • Meningkatkan pendapatan uang dengan cara pemungutan pajak dan penjualan tanah kepada pihak swasta
  • Melakukan peningkatan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia
  • Mewajibkan rakyat menyerahkan hasil pertaniannya
  • Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta

Akan tetapi Deandels dinilai gagal dalam menjalankan misinya mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris selama tiga tahun memerintah di Hindia Belanda. Beberapa program yang dijalankannya pun dianggap merugikan pemerintah karena praktik korupsi yang makin menjadi. Pada akhirnya ia dipanggil untuk kembali ke negaranya dan digantikan Gubernur Jenderal Jan Willem Janssen.

Itulah Kebijakan Pemerintah Herman Williem Daendels dalam Berbagai Bidang, Pertahanan dan Keamanan, Politik dan Pemerintahan, Peradilan, serta Sosial Ekonomi yang hampir semuanya dinilai gagal oleh pemerintah Republik Bataaf. 

Semoga Bermanfaat.

Formulir Kontak