Materi Bahasa Jawa : Mengenal Jenis Kata Menurut Tempatnya dalam Bahasa Jawa (Jinising Tembung Manut Panggonane)
Berdasarkan tempatnya, jenis kata dalam bahasa Jawa dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, seperti tembung aran, tembung kriya, tembung sipat, tembung katrangan dan tembung sesulih.
Nah, berikut ini pembahasan dan penjelasan lengkap tentang jenis- jenis kata (tembung ) tersebut, Selamat belajar...
Tembung Aran
Tembung aran dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai kata benda. Tembung aran dianggap sesuatu yang berupa barang. Ada dua jenis tembung aran yaitu tembung aran mawujud dan tembung aran ora maujud.
a. Tembung aran maujud
Tembung aran maujud adalah tembung aran yang dapat dilihat melalui panca indera. Beberapa contoh tembung aran maujud adalah sebagai berikut :
(1) Jenenge wong (nama orang). Contoh : Dina, Evan, Arum, Agus, dan sebagainya
(2) Jenenge kutha (nama kota). Contoh : Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan sebagainya
(3) Jenenge kewan (nama hewan). Contoh : semut, gajah, baya, rayap, laler, dan sebagainya.
(4) Jenenge barang (nama barang). Contoh : motor, kulkas, TV, piring, dan sebagainya
(5) Jenenge gunung (nama gunung). Contoh : Lawu, Merapi, Ungaran, Merbabu, Andong, dan sebagainya.
b. Tembung ora maujud
Tembung ora maujud yaitu tembung aran yang tidak dapat dilihat dengan panca indera. Contoh dari tembung aran ora maujud adalah kapinteran, keyakinan, kabudayan, dan sebagainya.
Tembung Kriya
Tembung kriya dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kata kerja, yaitu kata yang menyatakan suatu pekerjaan (solah bawa). Dalam suatu kalimat, tembung kriya diwakili oleh wasesa.
Berikut ini beberapa jenis tembung kriya, diantaranya sebagai berikut :
(1) Tembung kriya tanduk, atau kata kerja aktif, yaitu kata kerja yang subjeknya mengerjakan suatu pekerjaan (jejere dadi paraga kang nindaake pagaweyan). Tembung kriya biasanya mendapat ater- ater anuswara seperti am-, an- , any-, dan ang-, dan dapat juga mendapat akhiran -ake.
Contoh tembung kriya tanduk: nyawang, nuthuk, mapagake, ngguyu, manah, dan sebagainya.
(2) Tembung kriya tanggap, atau kata kerja pasif yaitu tembung kriya yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan. Biasanya, tembung kriya tanggap mendapat ater- ater tripurusa seperti dak-, ko-, dan di-.
Untuk dak- biasanya digunakan sebagai kata ganti (tembung sesulih) aku, sedangkan ko- untuk kata ganti kamu (kowe), dan di- sebagai kata ganti (tembung sesulih) selain aku dan kamu (aku lan kowe).
Contoh tembung kriya tanggap : daktulis, dakgawaake, kopangan, ditulis, dinulu, dan sebagainya.
Tembung Sipat (Kata Sifat - Adjectiva)
Tembung sipat atau disebut juga dalam bahasa Indonesia sebagai kata sifat, adalah kata yang dapat memberikan keterangan sifat atau watak terhadap suatu objek benda atau barang. Tembung watak dapat disandingkan dengan kata seperti rada, luwih, banget, tinimbang, dan paling.
Tembung sifat dapat digolongkan menjadi dua yaitu tembung watak yang tidak dapat diubah, seperti drengki, srei, jail, dan sebagainya serta tembung watak yang dapat diubah seperti mulya - minulya, cilaka- kacilakan, dan sebagainya.
Tembung Katrangan
Tembung katrangan, disebut juga sebagai kata keterangan, adalah kata yang memberikan keterangan terhadap kata kerja (tembung kriya).
Contoh :
- Maman arep mangkat sekolah.
- Lisa durung adus.
- Weduse Pak Lik akeh.
Tembung Sesulih
Tembung sesulih, adalah kata yang dapat menggantikan (sesulih) dari subjek yang berwujud barang atau sesuatu yang dapat dianggap sebagai barang.
Tembung sesulih dikelompokkan menjadi tiga yaitu sesulih purusa, sesulih pandarbe, dan sesulih panuduh.
a. Sesulih purusa
(1) Kata ganti orang pertama (wong kapisan ijen) : aku, ingsung, kula
(2) kata ganti orang pertama banyak ( wong kapisan akeh) : aku kabeh, kula sedaya
(3) Utama purusa ijen : kowe, sampeyan, sira
(4) Utama purusa akeh : kowe kabeh, panjenengan sedaya
(5) pratama purusa : Dheweke, piyambakipun, panjenenganipun
b. Sesulih pandarbe
(1) aku --> kliktika : dak, -ku
(2) kowe --> klitika : kowe, -mu
(3) dheweke --> klitika : -e
c. Sesulih panuduh
(1) panuduh lumrah : iki, iku, punika, niku
(2) panuduh papan: kene, kana, neng kene, neng kana, ngriki, ngriku, rene, rana, mrene, mrana, mrono
(3)panuduh sawijining bab : ngene, ngono, makaten, ngana
(4) sesulih pitakon : apa, kenangapa, kepriye, sapa, pira, ana ngendi, kapan
(5) sesulih panyilah, adalah kata yang menjadi penghubung kata yang satu dengan kata lainnya seperti kang, sing, ingkang, inggih menika.