Materi Sejarah : Mengenal Kerajaan Mataram Kuno, Raja yang Memerintah, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi dan Budayanya - Ahzaa.Net

Materi Sejarah : Mengenal Kerajaan Mataram Kuno, Raja yang Memerintah, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi dan Budayanya

Materi Sejarah : Mengenal Kerajaan Mataram Kuno, Raja yang Memerintah, Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi dan Budayanya
Kerajaan Mataram kuno merupakan kerajaan bercorak Hindu - Buddha yang ada di daerah Jawa Tengah di abad ke-8 Masehi. Dalam sebuah prasasti, yaitu Prasasti Canggal yang ditemukan di barat daya Kota Magelang, ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, menyebutkan tentang pembuatan sebuah lingga di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Selanjutnya, disebutkan bahwa Pulau Jawa yang kaya emas dan padi, pada awalnya diperintah oleh Raja Sanna kemudian setelah meninggal digantikan oleh saudara perempuannya yang bernama Sanaha. 

Photo by Ave Calvar on Unsplash


Nama Sanjaya juga ditemukan juga dalam prasasti Mantyasih (907 M) dan Prasasti Wanua Tengah III (908 ) yang dikeluarkan oleh Raja Balitung. 

Silsilah Raja- Raja yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno 
  1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 - 746 M)
  2. Rakai Panangkaran Dyah Sangkara (746 - 784 M)
  3. Rakai Panunggalan/ Panaraban (784 - 827 M) 
  4. Rakai Warak Dyah Manara (803 - 827 M) 
  5. Dyah Gula (827 - 828 M) 
  6. Rakai Garung (828 - 847 M) 
  7. Rakai Pikatan Dyah Saladu (847 - 855 M) 
  8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala ( 855 - 885 M) 
  9. Dyah Tagwas ( 885 M)
  10. Rakai Panumwangan Dyah Dawendra (885 - 887 M) 
  11. Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887 M) 
  12. Rakai Watuhmalang Dyah Jbang ( 894 - 898 M) 
  13. Rakai Watukara Dyah Balitung (898 - 913 M) 

Kehidupan Politik 
Kerajaan Mataram kuno memiliki strategi politik yang baik hingga dapat bertahan sampai dengan dua abad lamanya. Dalam sistem politik pemerintahan yang dijalankan, raja Mataram Kuno membangun kerajaannya dengan para Rake (gelar untuk raja- raja bawahan). Para Rake tersebut memiliki otonomi atas wilayahnya. Mereka juga biasanya memiliki keterkaitan dengan kerajaan pusat baik karena perkawinan maupun keturunan. 

Namun, ketidakstabilan politik juga terjadi di masa raja Watuhumalang. Pada masa tersebut, terjadi perebutan kekuasaan antarpangeran. Kemudian dalam ketidakstabilan yang terjadi, muncullah Balitung, yang selanjutnya menjadi raja Mataram Kuno dengan gelar Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung Sri Dharmodhaya Mahachambu. 

Selama pemerintahannya, kekuasaannya mencakup wilayah Jawa Tengah bagian utara hingga Jawa Timur. Penggantinya adalah Raja Daksa yang bergelar Sri Maharaja Sri Daksotama Bahubajra Pratipaksapaksaya. 

Raja Daksa kemudian digantikan oleh Raja Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasanmatanuranggatunggadewa. Sang Raja naik tahta pada tahun 919 - 924 M. 

Pengganti Raja Tulodhing adalah Raja Wawa yang bergelar Sri Maharaja Sri Pungkaya Dyah Wawa Sri Wajayalakonamottungga. Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui. Dalam pemerintahannya, Sang Raja dibantu oleh Mpu Sindok Sri Isanakawirma, sebagai rakaryan mahamantri i- hino. MPu Sindok inilah yang nantinya menjadi raja pada tahun 929 M. 

Kehidupan Sosial
Pada awalnya, di Mataram Kuno berkembang agama Hindu. Raja Mataram kuno merupakan penganut dari agama Hindu Siwa. Agama Buddha mulai berkembang pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran inilah yang disebutkan dalam prasasti Sangkhara (sekitar abad ke-9) yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah, berpindah dari agama Hindu ke agama Buddha. 

Rakai Panangkaran membangun beberapa candi, salah satunya Candi Kalasan sebagai penghormatan kepada Dewi Tara. Beberapa candi lainnya yang dibangun di masa pemerintahannya adalah Candi Plaosan Lor, Candi Sewu, dan wihara di bukit Baka. Semenjak itu, kerabat dan keluarga istana ada yang beragama Hindu dan Buddha. 

Raja- raja Mataram kuno sangat memperhatikan kepentingan agama rakyatnya. Berbagai tempat peribadatan dibangun seperti Candi Borobudur, Prambanan, Candi Dieng, Candi Plaosan, dan Candi Kalasan. 

Tentunya, dalam membangun tempat perubadatan tersebut, terdapat nilai- nilai kegotongroyongan yang telah diterapkan. Rakyat memiliki sikap suka bekerja sama, mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi sehingga Mataram Kuno dapat berkembang menjadi kerajaan yang besar selama ratusan tahun. 

Kehidupan  Ekonomi
Masyarakat Mataram Kuno memiliki perekonomian yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai sarana peribadatan yang dibangun dengan megahnya. 

Masyarakat hidup dengan bertani, berdagang, beternak dan usaha- usaha lainnya seperti industri rumah tangga diantaranya membatik, memahat, menempa besi dan usaha berkaitan dengan kerajinan emas dan perak. 

Kehidupan Budaya 
Dalam hal kehidupan budaya, masyarakat Mataram Kuno memiliki kebudayaan yang tinggi. Berbagai bangunan monumental yang dibangun menunjukkan bahwa masyarakat sudah berbudaya dengan sangat baik. 

Itulah tentang kerajaan Mataram Kuno dalam materi sejarah yang kami bahas kali ini. Semoga bermanfaat yaa...

Salam. 


EmoticonEmoticon

Formulir Kontak