Kita tidak akan dapat mengira ada sekelompok orang yang memiliki kemampuan melompati batu setinggi dua meter dengan ketebalan empat puluh centimeter dengan mudahnya. Bagi orang biasa pada umumnya, hal tersebut terasa mustahil namun untuk suku Bangsa Nias di Pulau Nias, Sumatra Utara ini, tradisi tersebut menjadi sebuah hal yang umum dilakukan.
Yap, tradisi ini terkenal dengan sebutan Fahombo Batu, yaitu sebuah tradisi Lompat Batu di Nias. Fahombo Batu merupakan sebuah tradisi yang unik dan menjadi ciri khas dari masyarakat Nias, pasalnya dilakukan oleh hanya kaum laki- laki dengan melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 meter dan ketebalan 40 cm.
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/ |
Tradisi akrobatik tersebut juga tidak dilakukan oleh semua orang Nias, yaitu hanya dilakukan oleh mereka yang bermukim di Nias Selatan khususnya daerah Teluk Dalam. Hal tersebut dikarenalan adanya perbedaan budaya nenek moyang atau leluhur dari masyarakat Nias sendiri.
Tradisi Lompat Batu menjadi terkenal hingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan melihat sesi akrobatik tersebut.
Tradisi tersebut memiliki makna yang mendalam. Selain menunjukkan kekuatan dan ketangkasan para pemuda yang melakukannya, namun juga menampilkan sisi- sisi pemuda yang heroik dan prestisius, untuk dirinya sendiri, bagi keluarga dari pelompat batu tersebut, maupun bagi seluruh masyarakat desa.
Anak laki- laki yang mampu melakukan Lompat Batu biasanya akan dianggap matang dan menjadi pembela bagi desanya apabila terjadi gesekan dengan daerah lainnya. Selain itu juga menjadi keabsahan bagi pemuda untuk sudah mulai menjalankan kewajiban sosial mereka sebagai manusia dewasa termasuk menginjak kematangan untuk menikah. Setelah acara selesai dilaksanakan, maka diadakan syukuran sederhan dengan menyembelih hewan ternak seperti ayam dan sebagainya.
Tingkat prestisius tradisi yang berlangsung akan mendorong semangat para pemuda dalam masyarakat Nias untuk berlatih keras agar dapat mencapai target yang diharapkan, bahkan latihan dilakukan semenjak anak berusia 7 tahun. Mereka akan berlatih dari lompatan ringan dengan tali yang ketinggiannya akan ditingkatkan seiring pertambahan usia.
Meskipun sudah berlatih lama, tidak semua pemuda dapat melakukan tradisi lompat batu dengan lancar, tentu saja hal ini membuktikan bahwa tradisi tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Berbagai teknik khusus diperlukan agar tidak terjadi cidera otot hingga patah tulang akibat faktor ketinggian batu, kekerasan batu dan ketiadaan pengaman apapun untuk melompat. Pada masa lalu, atas batu bahkan ditutupi paku dan bambu runcing yang menyerupai benteng pertahanan musuh penuh dengan ranjau.
Awal mula Tradisi Fahombo Batu dilakukan pun tidak diketahui secara pasti, namun masyarakat setempat berpendapat bahwa tradisi dapat bermula dari zaman kuno dimana ketangkasan melompati batu sangat diperlukan oleh masyarakat NIas karena adanya benteng atau pagar yang mengelilingi desa untuk pertahanan. Hal ini menjadikan para pemuda harus pandai melompat dan melarikan diri atau dapat memasuki desa yang menjadi sasaran.
Ada yang mempercayai bahwa ada keterlibatan unsur magis dalam tradisi ini yaitu berkat dari roh leluhur dan arwah pelompat batu yang sudah meninggal kepada pelompat yang berhasil melakukan tradisi Fahombo Batu. Oleh karenanya, setiap lompatan batu yang dilakukan, seseorang akan meminta izin kepada roh- roh leluhur atau para pendahulu yang pernah menjadi pelompat batu agar diberikan keselamatan saat menjalankan tradisi Lompat Batu.
Itulah sekilas tentang Lompat Batu, sampai jumpa lagi di tulisan bertajuk budaya lainnya.
Semoga Bermanfaat.
No comments:
Post a Comment