Dalam keseharian kita, kita seringkali menyukai dengan hal- hal yang
mengandung kelucuan baik berbentuk tulisan cerita, gambar, video, film,
pertunjukan maupun podcast. Dalam dunia sastra, kita mengenal suatu
tulisan yang mengandung kelucuan yaitu salah satunya pada sebuah teks yang
dinamakan teks anekdot. Teks anekdot diartikan sebagai cerita singkat menarik
yang berisi unsur kelucuan dan mengesankan yang biasanya membahas tentang
orang- orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Dalam
isinya yang lucu, ternyata teks anekdot mengandung makna tersirat. Seringkali
teks ini digunakan untuk mengkritik atau menyindir dalam sebuah realita sosial
yang terjadi pada kehidupan sehari- hari.
Penyampaian teks anekdot sendiri dikemas dalam unsur yang lucu sehingga
sindiran ataupun kritikan yang dilontarkan pun tidak terlalu mencolok. Teks
anekdot juga mengandung unsur tokoh, alur dan latar sebagaimana teks- teks
lainnya. Selain melalui bentuk teks, anekdot juga diekspresikan melalui bentuk
ilustrasi maupun gambar. Anekdot gambar atau ilustrasi tersebut dapat dijumpai
pada media cetak berupa komik atau meme.
Berikut contoh teks anekdot yang bersumber dari NU Online tentang cerita bule
yang tersesat di Jakarta.
Ada seorang bule yang sedang berjalan-jalan di Jakarta. Karena merasa
tersesat, bule tersebut kemudian bertanya kepada seorang penjual gorengan
yang ada di sana.
"Mohon izin, pak, apakah benar ini Jalan Sudirman?".
"Ho oh," jawab penjual gorengan tersebut.
Mengingat si bule itu merasa bingung dengan jawaban tersebut, dia lalu
bertanya lagi kepada seorang Polisi yang kebetulan sedang mengatur lalu
lintas.
"Maaf Pak, apakah ini Jalan Sudirman?"
"Betul," jawab polisi itu singkat.
Setelah mendapat jawaban dari Pak Polisi itu, si bule malah bertambah
bingung karena mendapat jawaban yang berbeda. Akhirnya si bule itu
bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas.
"Apa ini Jalan Sudirman, Pak?".
"Benar," jawab Gus Dur.
Namun yang terjadi, bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga
jawaban yang berbeda. Bule itu memutuskan untuk akhirnya dia bertanya
kepada Gus Dur lagi, mengapa saat ia bertanya kepada tukang gorengan
dijawab "Ho oh," kemudian bertanya kepada polisi dijawab "betul" dan
yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."
Setelah itu, Gus Dur diam sejenak, lalu menjawab pertanyaan bule
tersebut.
"Ohh jadi begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya
adalah ho oh, kalau bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah
betul. Sedangkan kalau bertanya kepada tamatan perguruan tinggi maka
jawabannya benar."
Setelah mendengar jawaban tersebut, bule itu merasa puas dan mengangguk.
Akan tetapi, ia bertanya kembali.
"Jadi Anda ini seorang sarjana?" tanya si bule itu penasaran.
"Ho..oh!" seloroh Gus Dur.
Sumber : NU Online
Dalam teks tersebut terdapat suatu sindiran secara halus bahwa pendidikan
seseorang itu akan memengaruhi terhadap kemampuan dalam berbahasa yang baik
dan benar. Teks tersebut memiliki karakteristik teks anekdot yang
melibatkan tokoh tertentu seperti polisi, sifatnya yang faktual, bahkan
melibatkan orang terkenal yaitu Gus Dur sendiri sebagai mantan Presiden
Indonesia.
Struktur Teks Anekdot
Baik, dalam teks anekdot yang disajikan di atas, terdapat bagian- bagian
struktur dalam teks anekdot tersebut yang dapat disimpulkan diantaranya adalah
abstrak, orintasi, krisis atau komplikasi, reaksi dan koda.
Abstrak
Abstrak merupakan bagian awal dari teks anekdot yang berguna untuk memberikan
gambaran tentang isi dari suatu teks. Bagian abstrak inilah yang menunjukkan
hal unik dalam teks tersebut. Abstrak seringkali disebut sebagai bagian
pembukaan namun tidak harus selalu ada karena sifatnya yang
opsional.
Contoh Abstrak :
Gus Dur karena begitu bosannya keliling dunia mengundang Presiden Amerika
dan Presiden Perancis untuk terbang bersama Gus Dur berkeliling dunia.
Orientasi
Orientasi merupakan bagian teks yang mengungkapkan awal mula kejadian atau
latar belakang peristiwa itu terjadi yang berfungsi untuk membangun teks. Pada
bagian inilah penulis akan menceritakan secara detail karena mengarah pada
suatu krisis, konflik, maupun peristiwa utama.
Contoh orientasi
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi
kebanggaan negerinya. Tidak lama presiden Amerika, Cliton,
mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, “Wah kita sedang
berada di atas New York!”
Presiden Indonesia (Gus Dur), “Lho, kok, bisa tau, sih?”
“Itu… Patung Liberty kepegang!” jawab Clinton dengan bangganya.
Tidak mau kalah, Presiden Prancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan
tangannya keluar pesawat. Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota
Paris!" Katanya dengan sombongnya.
Gus Dur," Wah... kok bisa tahu juga?"
"Ini Menara Eiffel kupegang!" Sahut Presiden Perancis tersebut.
Krisis
Krisis disebut juga dengan komplikasi yaitu bagian yang menunjukkan masalah
atau perihal yang tidak bersifat biasa atau unik. Bagian ini terjadi pada
penulis atau orang yang diceritakan apabila terjadi suatu kejanggalan atau
ketidakpuasan. Bagian inilah yang memuat unsur menggelitik dan mengundang tawa
dan termasuk baggian yang penting dalam anekdot.
Contoh Krisis
Karena merasa disombongi oleh kedua presiden tersebut, giliran Gus Dur untuk
menjulurkan tangannya keluar pesawat.
Wah, kita sekarang sedang di atas tanah abang!!, Teriak Gus Dur
" Lho kok bisa tahu sih?" tanya Presiden Amerika dan Presiden Perancis
terheran- heran. Mereka tahun bahwasanya Gus Dur tidak bisa melihat
Reaksi
Bagian reaksi merupakan bagian yang menjelaskan cara penulis atau orang yang
diceritakan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi yang diungkapkan pada
bagian krisis sebelumnya. Bagian krisis berupa respon atau jawaban yang dapat
berupa sikap mentertyawakan, mencela atau meledek. Bagian krisis seringkali
menjadi bagian yang mencengangkan dengan jawaban yang tidak dapat diduga
sebelumnya.
Contoh Reaksi :
"Ini jam tangan saya hilang ....," Jawab Gus Dur kalem.
Koda
Koda merupakan bagian akhir yang menjelaskan simpulan tentang kejadian yang
diceritakan oleh penulis. Koda sama dengan penutup sebagai penanda bahwa
cerita sudah berakhir. Dalam koda terdapat persetujuan, komentar, maupun
penjelasan atas maksud cerita yang dijelaskan sebelumnya. Kata- kata yang
sering menjadi penanda dalam bagian koda ini adalah " seperti itulah, pada
akhirnya, demikianlah, dan sebagainya. Dalam teks anekdot, koda sifatnya
opsional, artinya dapat dicantumkan atau boleh tidak ada.
Unsur Kebahasaan Teks Anekdot
Dalam teks anekdot terdapat beberapa unsur kebahasaan diantaranya terdapat
kalimat langsung, nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal, keterangan
waktu, kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material,
kata kerja mental, konjungi sebab akibat dan sebagainya. Untuk
mempelajari tentang unsur kebahasaan dalam teks anekdot, berikut contoh sebuah
teks yang memuat unsur kebahasaan teks.
Tidak Terlalu Dalam
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu
perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk
menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin
menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi kita tahu menyogok itu
diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim
sendiri.
Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan
tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan
mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak
Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk
membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Nasrudin kemudian bertanya,
“Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti
tanda tangan Tuan?” Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam
memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak
benar mentega ini!” “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri,
jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.
Kalimat Langsung
Teks anekdot banyak menggunakan kalimat langsung yang berupa petikan dialog
dari para tokohnya. Selain itu juga banyak menampilkan kalimat- kalimat tidak
langsung sebagai bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh.
Dalam teks di atas, yang merupakan kalimat langsung adalah
(1) Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
(2) Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.”
(3) Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
Penggunaan nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal
Penggunaan nama tokoh utama atau orang ketiga tungal dalam teks anekdot
menyebutkan nama tokoh faktual secara langsung seperti Gus Dur, Presiden
Amerika, Presiden Perancis, Nasrudin maupun tokoh- tokoh lain seperti jaksa, hakim,
polisi atau tokoh masyarakat lain. Contoh nama utama dalam teks adalah Nasrudin dan Hakim
Keterangan waktu
Dikarenakan sifatnya yang menceritakan, pastinya teks anekdot banyak
menggunakan keterangan waktu seperti kemarin, sore ini, suatu hari, ketika
itu.
Dalam teks di atas, keterangan waktu yang digunakan adalah Telah berulang kali , Saat itu juga.
(1) Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
(2) Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Kata Kiasan
Teks anekdot banyak menggunakan kata kiasan yang menyimbolkan kata lain. Kata
- kata kiasan dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
Kata kiasan yang digunakan pada teks eksposisi di atas adalah kata menyogok atau disogok pada kalimat Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok
Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dnegan pengandaian, perbandingan dan lawan
kata atau antonim. Kalimat sindiran terdapat pada kalimat :
(1) Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?
(2) “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.
Konjungsi Penjelas
Dalam teks anekdot, konjungsi penjelas digunakan sebagai penerang yang
ebrkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak
langsung. Konjungsi penjelas yangs ering digunakan dalam anekdot adalah kata
"bahwa". Pada teks anekdot Nasrudin, konjungsi penjelas terdapat pada kalimat :
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok
Kata Kerja Material
Kata kerja material menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca
indera yang terkait dengan tindakan tokoh dan alur yang membentuk rangkaian
peristiwa atau kegiatan. Pada teks anekdot Nasrudin, kata kerja material terdapat pada kalimat :
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
Kata kerja Mental
Dalam teks anekdot, kata kerja mental menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh seorang tokoh.
Pada teks anekdot Nasrudin, kata kerja mental terdapat pada kalimat :
(1) Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
(2) Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Konjungsi sebab akibat
Konjungsi sebab dan akibat merupakan kata penghubung yang menyatakan sebab dan
akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka dan sehingga. Konjungsi sebab akibat terdapat pada kalimat :
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif bersifat perintah atau memberi perintah bahkan dapat berupa
peringatan maupun larangan. Kalimat imperatif terdapat pada kalimat :
“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.
Kalimat seru
Kalimat seru bersifat menegaskan atau ungkapan asa seseorang yang biasanya
ditandai dengan tanda seru.
Contoh kalimat seru pada teks anekdot di atas adalah “Wah, enak benar mentega ini!”
Konjungsi temporal
Konjungsi temporal lebih bermakna kronologis dalam urutan waktu. Conoth
konjungsi temporal yang banyak digunakan dalam teks anekdot adalah akhirnya,
selanjutnya, kemudian, dan sebagainya.
Konjungsi temporal tampak pada kalimat : Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya.
Kalimat Retoris
Kalimat retoris lebih ke kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Kalimat retoris juga dapat mengandung kalimat sindiran. Kalimat retoris terdapat pada kalimat : “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Itulah tentang Teks Anekdot : Pengertian, Tujuan, Struktur Teks, Unsur Kebahasaan, dan Contohnya. bagaimana dengan contoh teks anekdot lainnya? Yuk analisa bersama dan tuliskan pengalamannya melalui kolom komentar...
Sampai Jumpa.
No comments:
Post a Comment