Teman- teman, tahukah kamu bahwa pada hewan struktur alat pencernaannya berbeda- beda loh. Struktur alat pencernaan tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut dan jenis makanannya. Pada hewan invertebrata (tak bertulang belakang), alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana yang dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sementara pada hewan-hewan vertebrata (bertulang belakang), alat pencernaan yang dimiliki sudah sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Pada tulisan ini akan kita bahas secara jelas bagaimana hewan baik invertebrata maupun vertebrata melakukan pencernaan melalui sistem alat pencernaan mereka. Simak yaa pembahasannya sampai habis.
Gambar oleh Fred T. dari Pixabay |
Sistem Pencernaan Pada Hewan Vertebrata
Pada hewan vertebrata, organ pencernaan meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria)
A. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Pada ikan, saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah. Lidah pada dasar mulut tidak dapat digerakan namun banyak menghasilkan lendir. Akan tetapi meskipun demikian, lidah tidak menghasilkan enzim berupa ludah. Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Kerongkongan (esofagus) pada ikan, berbentuk kerucut, pendek, dan berada di belakang insang. Kerongkongan yang tidak dilalui makanan maka lumennya akan menyempit. Makanan dari kerongkongan akan di dorong masuk ke lambung, yang menyebabkan lambung pada umum-nya membesar. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Selanjutnya setelah dari lambung, makanan akan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan memiliki ukuran yang sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Ada dua kelenjar pencernaan pada ikan yaitu hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, berada di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, yang terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung.
Fungsi hati pada ikan adalah menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat,
berwarna kehijauan yang terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan.
Pankreas pada ikan merupakan organ yang berukuran sangat kecil(mikroskopik) sehingga sulit dikenali. Fungsi pankreas adalah menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
B. Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Pada amfibi sistem pencernaan makanan memiliki kemiripan dengan sistem pencernaan pada ikan. Sistem pencernaan pada amfibi terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Katak merupakan salah satu contoh binatang amfibi yang saluran pencernaannya meliputi rongga mulut, esofagus, ventrikulus, usus, kolaka.
Pada mulut katak terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Kerongkongan (esofagus) pada katak berupa saluran pendek. Sementara lambung (ventrikulus) berbentuk kantung yang bila terisi makanan ukurannya akan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus.
Usus katak dibedakan menjadi usus halus dan usus tebal. Usus halus terdiri atas duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan kloaka sebagai tempat muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi meliputi hati dan pankreas. Hati pada katak memiliki warna merah kecoklatan. Hati terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati pada katak merupakan kelenjar yang mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Sementara itu, Pankreas berwarna kekuningan yang melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
C. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil pada umumnya merupakan jenis hewan karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaan pada reptil meliputi rongga mulut, kerongkongan, usus, dan anus.
Rongga mulut pada reptil disokong oleh rahang atas dan bawah yang masing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Dari mulut makanan akan masuk ke esofagus (kerongkongan) dan dilanjutkan ke ventrikulus (lambung). Usus pada reptil terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas pada reptil berada di antara lambung dan duodenum yang berbentuk pipih kekuning-kuningan.
D. Sistem Pencernaan Pada Burung
Sistem organ pencernaan pada burung terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada burung meliputi paruh, rongga mulut, faring, lambung, usus. Sedangkan kelenjar pencernaan burung meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Paruh pada burung merupakan modifikasi dari gigi. Rongga mulut terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk. Faring berupa saluran pendek. Esofagus pada burung terdapat pelebaran yang pada bagian ini disebut tembolok. Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.
Lambung terdiri atas beberapa bagian antara lain :
- Proventrikulus (lambung kelenjar), banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
- Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal), ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan.
Usus (Intestinum), terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus halus pada burung terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum.
E. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia lebih panjang dan kompleks serta sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain karena makanan hewan ruminansia banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya.
Pada hewan memamah biak (ruminansia), struktur gigi terdapat geraham belakang (molar) yang besar, yang berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam). Ukurannya bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen adalah 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7- 8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Pada hewan herbivora, seperti kelinci, kuda, dan marmut , tidak memiliki struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum.
Sementara itu pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum. Keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), yang sering dipakai dalam sumber energi altematif yaitu pembuatan biogas .
Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Pada hewan invertebrata, sistem pencernaan dilakukan secara intrasel. Hal ini tampak pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Selain itu pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga astrovaskuler. Pada beberapa hewan kelompok cacing seperti cacing parasit, yaitu cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna. Bahkan mereka tidak memiliki mulut dan anus. Pencernaan pada hewan tersebut dilakukan dengan cara penyerapan langsung melalui kulit.
Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan sudah sempurna. Mereka memiliki alat- alat pencernaan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus. Proses pencernaan pada cacing tanah dibantu oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa senyawa organik yang berasal dari daun -daunan maupun sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana untuk kemudian diserap oleh tubuhnya. Sisa dari proses pencernaan tersebut akan dikeluarkan melalui anus.
Sistem Pencernaan Pada Serangga
Sistem pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel. Sistem pencernaan pada serangga sebagaimana cacing tanah pun sudah sempurna. Sistem pencernaan dilakukan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus hingga anus.
Itulah Sistem Pencernaan pada Hewan Vertebrata maupun Invertebrata, Organ dan Fungsinya . Semoga tulisan ini dapat membantu teman- teman dalam belajar khususnya materi perncernaan pada hewan.
Semoga Bermanfaat.
No comments:
Post a Comment